CHAPTER FOUR
^KAU YANG MULAI KAU YANG MENGAKHIRI
KAU YANG BERJANJI KAU YANG MENGINGKARI^
(dangdut bangeeeettt)
Malam
itu pada suatu acara seleksi calon bantara pada tanggal 27 Juli tahun 2001 aku
dan kak Surya ditugaskan untuk berjaga di pos yang sama, hanya berdua saja. Aku
yakin betul bahwa semua ini hasil settingan teman teman. Pasti teman temanku
sengaja memasangkan kami jaga di pos yang sama untuk suatu misi. Misi yang aku
sendiri sudah bisa merasakan arahnya kemana. Karena tadi sore aku sempat diajak
ngobrol dengan sahabatku Nia. Dia menanyakan tentang bagaimana perasaanku
kepada kak Surya. Dan aku yakin malam ini pasti kak surya bakalan mengutarakan
isi hatinya padaku. Masih kuingat benar apa kata kata yang terucap dari bibirnya.
I can remember every single words
“ De, ade’ tau kan kenapa kita ada
disini sekarang?”
“Ya buat jaga di POS 4 kan kak?”
kataku seolah olah tidak tau arah pembicaraannya. Kulihat rona gelisah
dimatanya dan dari gesture badannya, percampuran antara grogi, cemas dan
penasaran.
“ De’, ade’ tau kan kalau aku suka
sama kamu?” akhirnya meluncur juga kata kata itu dari bibirnya setelah bergelut
dengan rasa yang berkecamuk dalam hatinya.
“Iya, aku sebenernya tau kalau kakak
suka sama aku, tapi…bukannya selama ini kak Surya sebel banget ya sama aku?.
Kan sejak kita kenal dulu itu kakak selalu galak kalau sama aku”
“Semua itu aku lakukan karena aku
ingin dekat denganmu de’, bagaimana lagi caranya kalo gak kaya’ gitu. Kaka’ gak
bakalan bisa deket sama kamu, melihatmu dari dekat”
“Tapi semua itu sempat bikin aku
sebel banget sama kak Surya”
“Sekarang masih sebel gak sama aku?”
“Ya gak dong kak”
“Aku suka sama ade’, dan aku tau
kalau ade’ tidak ingin pacaran, aku tau kalau kamu inginnya langsung dilamar
tanpa pacaran. Aku juga sudah bilang pada ibuku kalau kaka’ suka sama cewek dan
cewek itu tidak mau berpacaran, maunya dilamar untuk kelak dinikahi. Ibu kakak
berkata bahwa saat ini kakak masih kuliah dan kamu masih SMA, sebentar lagi
kuliah. Kamu akan menemukan dunia baru, orang orang baru. Mungkin jika saat ini
Riri melihat bahwa kak Surya bisa menjadi yang terbaik untuk Riri, tapi jika
suatu saat Riri bertemu dengan orang yang lebih baik dari aku, aku takut
nantinya kamu akan menyesal karena sudah kulamar”
“Trus kakak maunya kita bagaimana?”
“Aku maunya kita jalani semua ini apa
adanya, aku sudah jujur pada diriku sendiri dihadapanmu kalau aku cinta sama
Riri, apakah Riri juga merasakan hal yang sama denganku?”
“Iya, aku jujur kalau aku juga suka,
mungkin juga cinta sama kaka’ tapi aku
tidak ingin kita pacaran yang suka pergi pergi bareng, ngapel ngapel kalau
malam minggu, gak perlu ada tanggal tanggal jadian, gak perlu anniversary atau
apapun itu seperti orang orang lakukan dengan pasangan mereka. Prinsipku dalam
menjalin hubungan adalah kepercayaan dan komunikasi. Kuncinya hanya itu. Aku
percaya kakak dan kakak percaya aku. Kakak bisa saja suatu saat menyimpan
kebohongan padaku, selama aku tidak tau,
aku akan baik baik saja, tapi aku yakin kalau kakak menyimpan kebohongan kakak
tidak akan tenang walaupun aku tidak tau. Hanya itu yang aku butuhkan dari
orang yang aku harapkan dalam hubungan ini, yang entah apa namanya”
“Iya aku setuju, terimakasih Ri,
sudah membuatku lega dengan jawabanmu. Terimakasih juga sudah jujur pada kakak
tentang isi hatimu, kakak bahagia mendengarnya”
“Sama sama kak”
Tidak
ada moment romantis, tidak ada adegan romantic, tidak ada kata kata romantic,
semua mengalir begitu saja. Yang pasti aku hanya sudah merasa lega terhadap
kejujuran kak Surya yang mengutarakan isi hatinya. Dan akupun meyakini bahwa
kak Suryapun merasa lega karena telah tau apa isi hatiku, setelah sekian lama
meenjadikanku sebagai Target Operasi dan PDKTin dengan cara membully saat
pramuka….Cara yang nggak banget sih menurutku, tapi efektif juga bikin aku
kepikiran terus sama kak Surya walaupun awalnya kepikiran gara gara sebel, tapi
lama lama bikin kangen kalau kak Surya gak datang pas acara Pramuka.
Pagi
ini rasanya lebih indah dari biasanya karena kejujuran kak Surya semalam sudah
mengubah segala stigma negatifku tentangnya.Aku yang tadinya sebel setengah
mati karena sempat menjadi sasaran bullyannya kini tak lagi membencinya karena
aku kini tau alas an dia melakukan hal itu hanya karena dia tidak punya cara
lain untuk bisa dekat denganku. Dulu, tiap kali ada acara pramuka pasti aku
yang di ‘gojlog’ habis habisan sama dia dan hal itu sedikit banyak telah
membuatku sebel setengah mati padanya, tapi lama lama saat acara pramuka dia
gak datang dan gak ada yang marah marah sama aku, aku malah jadi kangen.
Hmmmmmm… awal cinta yang aneh. Benci tapi rindu kaya’ judul lagu jadul era 70an
hehehehe…
Hari
hari berlalu tanpa terasa, kami LDRan (Long Distance Relationship-an) karena
kami tinggal dikota yang berbeda. Aku masih di Magelang karena belum lulus SMA
sedangkan kak Surya ada di kota Semarang melanjutkan studynya yang masih
separuh jalan. Yang bisa kami lakukan
hanyalah berkirim kabar lewat e-mail atau bertelepon saat kangen.Saai ini belum
banyak anak anak sekolah yang pakai hand phone, jadi masih pakai telepon rumah
atau e-mail.
Dari
sejak SD hobbyku adalah menulis di buku harian dan kebiasaan menulis itu masih
terus berlanjut hingga aku SMA. Satu bulan bisa satu buku aku habiskan hanya
untuk mencurahkan isi hatiku. Mungkin kalau buku harianku dukumpulin ceritanya
trus dibikin novel bisa jadi beberapa jilid. Kalau sekarang karena semua isi
bukuku banyak menceritakan tentang kak Surya dank arena kami gak pernah bertemu
karena jarak yang jauh, kak Surya meminta ijin padaku untuk membaca buku yang
aku tulis. Akhirnya setiap dia pulang, dia membawa bukuku untuk dibacanya,
sehingga ia tau apa yang aku rasakan dalan satu bulan ini, jika berganti bulan
maka ia akan memabwa lagi bukuku dan mengembalikan buku yang lama yang telah ia
isi tulisan pada lembar lembar yang sengaja aku sisakan untuknya menulis.
Seperti itu berlangsung sampai lebih dari satu tahun. Kami masih terus berkirim
e-mail, bertelepon, bertukar buku harian dan semuanya berjalan baik baik saja.
Kami tidak pernah makan bareng, jalan jalan berdua, ngapel malam minggu tapi
kami merasa senang dengan cara kami sendiri. Hanya saja sesekali kalau dia
sedang dalam masa libur kuliah suka tiba tiba datang kesekolah pas jam
istirahat hanya untuk menemuiku. Hanya untuk menyempatkan ngobrol denganku
sambil bertemu juga dengan sahabat sahabatku. Pernah suatu kali saat ia libur
kuliah datang kesekolah naik motor pas jam istirahat sekolah menemuiku,
kemudian dia pulang lagi mengembalikan motornya lalu datang kesekolahku naik
angkot hanya demi bisa pulang bareng denganku karena kak Surya tau aku tidak
pernah mau diajak berboncengan naik motor berdua dengannya. Saat tiba jam
pulang sekolah dia sudah menyambutku didepan gerbang sekolah dengan senyum
khasnya yang gak pernah bisa aku lupakan. Senyumnya itu khas, karena setiap
kali ia tersenyum akan terlihat giginya yang bikin senyumnya tambah manis (es
sirop kali ya kok bisa manis…)
“Lho motor AA 4294 GA nya mana” tanyaku penasaran
“Udah aku bawa pulang”
“Trus kak surya kesininya sama
siapa?”tanyaku penasaran
“Ya sendiri dong, kaka’ tadi naik
angkot. Kan kamu gak pernah mau kaka’ bonceng pake motor makanya kaka’ pengen
pulang bareng sama Riri naik angkot”
Bagiku, hanya dengan dia melakukan
hal itu aja rasanya so sweet banget. Padahal Cuma naik angkot doang. Hehehehe…
naik angkotnya aja rame rame sama teman temanku, bukan cuma berdua doang tapi
bagiku aku merasa senang dia mau bersusah susah naik angkot hanya untuk bisa
lebih lama bersama denganku… Kejadian ini tidak akan pernah bisa kau lupakan.
Hubungan
kami berjalan adem ayem saja selama setahun ini, gak pernah ribut, gak pernah
marahan. Mungkin bagi kami hubungan ini tak bernama alias tanpa status yang
jelas, tapi kalau dilihat lihat dan dan dirasa rasa tetap aja namanya pacaran
walaupun aku tak pernah mau kalau hubungan kami dikatakan pacaran. Suatu hari
di awal semester saat aku naik kelas 3 sahabat sahabatku akhir akhir ini suka
kasak kusuk sendiri tanpa melibatkan aku. Aku merasa teman temanku
menyembunyikan sesatu, tapi aku tidak mau memaksa mereka untuk bercerita
padaku. Sebagai sahabat yang saling percaya, aku yakin sekali bahwa teman
temanku pasti punya alasan tersendiri kenapa tidak menyampaikannyakepadaku.
Tapi suatu ketika habatku sembunyikan inipun sampai juga ke telingaku. Salah
satu sahabatku ada yang melihat dan mengetahui bahwa kak Surya punya cewek lain
lain teman kampusnya. Tanpa sepengetahuanku teman temanku marah marah pada kak
Surya bahwa kak Surya sudah mengkhianatiku, sudah menduakan cintanya,
menyalahgunakan kepercayaanku dan blab bla bla lainnya yang aku sendiri tidak tahu. Aku
memang tidak tahu, akupun tidak pernah mencaritahu. Selama ini aku berprinsip
bahwa mencintai itu percaya dan jujur. Aku sangat percaya padanya dan aku harap
juga sebaliknya. Selama ini apa yang terjadi pada hubunganku dengan kak Surya
aku serahkan pada Allah. Akrena aku percaya bahwa sepandai pandainya seseorang
menyimpan bangkai niscaya akan tercium juga. Sepandai pandainya seseorang
menyimpan kebohongan maka pasti akan ketahun juga. Itu prinsipku… yang penting
aku sudah jujur maka aku tidak akan punya beban menyimpan kebohongan, perkara
orang yang aaku percaya ternyata tidak bisa jujur ya berarti itu tanggung
jawabnya dengan Tuhannya.
Memang
sakit mendengar berita itu, rasanya seperti ditusuk pakai pisau berkarat… tapi
aku juga tidak ingin langsung percaya sebelum aku mendapaat penjelasan langsung
dari yang bersaangkutan. Aku sangat berharap ada kejujuran dari mulut kak Surya
tanpa aku harus memintanya.Aku sangat menyadari bahwa memang hubungan kami ini
tanpa nama, tanpa komitmen yang kuat, tanpa status dan hanya berlandaskan pada kejujuran
bahwa kak Surya menyayangiku dan aku menyayanginya. Harapanku saat awal dia
menyatakan perasaannya kepadaku bahwa hubungan ini akan langgeng hingga saatnya
nanti kita dapat bersanding dipelaminan dalam ikatan suci pernikahan. Aku dapat
mendampinginya, menjadi penyemangat hidupnya begitupun sebaliknya.. hingga
kelak maut memisahkan kami. Namun sepertinya impianku hanya tinggaal angan
angan karena baru berjalan satu tahun saja hubungan ini sudah gonjang ganjing
dengan berita miring. Aku adalah aku, dengan segala prinsip prinsip yang aku
pegang teguh, dengan segala kekuranganku yang mungkin bagi seorang laki laki
yang ingin berpacaran untuk mencari kesenangan semata maka itu bukan aku. Ya
Allah, apa yang sebenarnya terjadi, hamba mohon tunjukkan jalan terangMu agar
aku dapat melangkah dengan pasti.
Saat
acara kegiatan sekolah kak Surya datang, saat bertemu aku dan teman temanku
tiba tiba Chusna berkata pada kak Surya sambil bersalaman
“Jangan sembunyikan kebusukan dibalik
muka manis”
“Maksudnya apa ini?”kak surya kaget
“ Halah jangan pura pura bego deh kak
Surya, kami udah tau apa yang kak Surya sembunyikan”
Aku hanya diam, menatap perubahan
mimic wajahnya yang tiba tiba memerah. Aku tau pasti bahwa memang ada sesuatu
yang kak surya sembunyikan. Sikapku padanya masih tetap sama. Aku tidak
menunjukkan sikap memusuhinya karena aku ingin tau apa tindakannya jika aku
hanya diam. Mungkin aku diam, tapi aku menunggu kejujurannya, kejujuran yang
sebenar benarnya walaupun kejujuran itu akan menyakitiku. Aku berlalu dari
hadapannya tanpa sepatah katapun, hanya senyum penuh tanda tanya yang menghiasi
bibirku. Kak Surya tak bisa berkata apa apa juga. Hanya tatapan rasa bersalah
yang ia tujukan kepadaku.
“ Ada apa kak Surya? Aku perhatikan
kok kak Surya gelisah?”
“Sebenernya ada yang ingin aku
bicarakan denganmu de’, tapi tidak sekarang. Bagaimana kalau nanti malam saja?”
“Iya gak papa. Dimana?”
“Dilapangan basket sekolah ya”
“Iya kak”
Kamipun sejenak melupakan janji untuk
ketemu karena aku sibuk ngurusin pelantikan junior baru yang besok pagi akan
sama sama kami lakukan. Setelah makan malam dan kegiatan malam lagi lagi aku
mendapatkan pos jaga di lapangan basket dengan kak Surya. Aku tau ini adalah
permintaannya kepada panitia acara karena kak Surya ingin membicarakan sesuatu
yang penting kepadaku. Saat jaga berdua kami duduk dibawah ring basket
beralaskan semen dan beratap langit bertabur bintang ditemani sinar rembulan
yang tertutup awan. Aku berharap akan mendapatkan berita baik dari hal yang
akan kak Surya bicarakan ini.
Hmmmmmmmmm…… terdengar suara desah
panjang nafasnya yang menandakan bahwa yang akan dia sampaikan adalah hal yang
penting dan kak Surya bingung untuk memulainya.Kami yang duduk bersila saling
berhadapan dilanda keheningan untuk beberapa saat. Aku mulai tidak sabar dengan
situasi yang tidak mengenakkan ini.
“ Kak, katanya ada yang mau kakak
sampaikan kok malah diem?”
“Aku bingung darimana harus
memulainya de’, tapi sebelumnya aku minta maaf ya apabila nanti yang kakak
sampaikan menyakiti perasaanmu”
“Iya, kakak cerita aja dulu, biar aku
gak penasaran. Aku lebih suka jika orang lain berkata jujur kepadaku meskipun
kejujuran itu menyakitkan daripada aku mendapatkan perlakuan baik dan manis
tapi semua itu palsu”
“Aku ingin bercerita, silahkan Riri
dengarkan dulu. Nanti kalau kakak sudah selesai bercerita, silahkan Riri
menanggapi”
“Iya kak”
“Kemarin waktu kakak KKN selama satu
bulan kakak akrab dengan salah satu teman kelompok kakak, namanya Rahma. Dia
punya penyakit kanker tulang belakang stadium 2. Rahma menyukaiku. Saat KKN
penyakitnya kambuh sehingga aku menemaninya dirumah sakit. Saat dia melakukan
kemoterapi kakak sangat kasihan dan bersimpati terhadap perjuangan hidupnya
melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya, kakak sering menemaninya kemoterapi. Kami semua teman teman KKN yang
menyaksikan saat dia kesakitan karena penyakitnya kambuh merasa iba. Kadang ia suka pingsan mendadak saat kegiatan karena penyakitnya telah membuatnya lemah. Lagipula
teman teman KKN yang tahu jika Rahma suka padaku membujukku untuk nembak dia,
dengan alasan bahwa jika seseorang yang sedang berjuang untuk hidup didampingi
oleh orang yang ia cintai maka semangat hidupnya kembali bangkit dan harapan
hidupnya akan lebih lama. Karena dia memiliki seseorang yang akan membantunya,
mendampinginya dan menemaninya dimasa masa sulit. Akhirnya aku melakukan saran
teman teman demi untuk alasan kemanusiaan. Aku tau ini salah karena ini pasti
sangat menyakitimu, sesungguhnya inipun sangat menyakitkan untukku karena aku
sesungguhnya tidak mencintainya, aku hanya ingin dia sembuh dan punya semangat
hidup. Kalau aku ditanya jujur, hatiku selalu untukmu de’.”
Sampai disitu keheningan melanda. Aku
sangat syok, antara percaya dan tidak percaya, antara mimpi dan realita sungguh
tidak bisa aku bedakan. Aku berharap saat itu ada seseorang yang membangunkanku
dari mimpi buruk yang hampir membuatku mati
“De’, kamu tidak apa apa?, kok diam
saja?.. riri, bicara dong de’, aku sudah selesai becerita” kata kata kak Surya
membuyarkan lamunanku
“Ini sangat menyakitkan untukku,
sampai aku tidak tau harus ngomong apa kak” wajahku memerah, dadaku rasanya
sesak ingin berteriak sekeras kerasnya, air mataku sudah menggenang dipelupuk
mata menunggu untuk tumpah tercurah namun berhasil aku tahan karena aku tidak
ingin nampak lemah dihadapannyaat. Untunglah saat itu gelap karena semua lampu
penerangan disekolah dipadamkan untuk acara jalan malam. Kami yang saat itu
harusnya berjaga di Pos 5 sampai tidak tau berapa jumlah peserta yang sudah lewat
karena kami sedang berada di dunia kami sendiri. Dunia yang bagiku terasa
seperti berada didalam kotak kardus yang sempit dan hampa udara. I’m speechless
and breathless….
“ aku bisa aja kak bilang aku gak
kenapa kenapa, tapi kalau aku mengatakan hal itu sama aja aku membohongi diriku
sendiri. Kalau kakak kasian pada kak Rahma, bersimpati kepada kak Rahma atas penyakitnya lalu apakah caranya harus dengan menyakitiku? lalu siapa yang akan merasa kasian padaku? Gak ada kan? Bahkan orang yang kupercaya dan yang kusayangi aja tidak peduli. Kakak tidak perlu berbohong dengan mengatakan kalau kakak tidak mencintai kak Rahma. Jika memang seperti ini keadaannya aku yang akan memilih mundur. Aku tidak akan jadi penghalang bagi kalian berdua karena mungkin kak Rahma lebih bisa memberikan kebahagiaan untuk kakak daripada kakak bersamaku yang mungkin memang tidak ada apa apanya dibandingkan kak rahma” suaraku parau menahan air mata
“Aku tau aku yang salah sudah
mengecewakanmu, menyakiti hatimu, membuatmu marah, bahkan mungkin ade’ bakalan
membenciku karena hal ini. Tapi ade’ juga harus tau kalau aku sayang padamu makanya
aku jujur tentang hal ini kepadamu. Aku minta maaf atas semua ini”
“Apakah jika teman temanku tidak tau
tentang hal ini kak Surya juga bakalan jujur padaku tentang hal ini? Aku rasa
tidak. Kalau kakak benar benar sayang padaku tentunya bukan begini caranya,
bukan seperti ini cara memperlakukan orang yang disayangi. Kalau kaya gini
caranya bukan sayang namanya tapi menyakiti, nyakitin banget. Kakak pembohong
dan egois. Aku benar benar kecewa. Kakak ternyata tidak bisa menjaga
kepercayaanku”
Dalam hati aku sudah menangis
mengetahui kejujuran yang menyakitkan ini, tidak Cuma menyakitkan tapi juga
meremukkan jiwa. Namun lagi lagi aku tetap berusaha untuk tidak meneteskan air
mata karena aku tak ingin tampak lemah dihadapannya.
Sungguh
aku benar benar tidak pernah menginginkan kisah kami berakhir seperti ini.
Dulu, saat memulai hubungan ini aku berharap segalanya akan berakhir indah
hingga kelak kami dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Tapi agaknya
impianku terlalu muluk untuk ukuran mimpi gadis belia yang masih duduk dibangku
SMA. Susah payah aku meyakinkan hatiku untuk menerima dan menjalani hubungan
ini tapi ternyata begini jadinya. Saat aku bisa jatuh cinta lagi dan bisa
percaya lagi pada sosok yang namanya laki laki tapi semuanya berakhir menyakitkan
bagiku. Aku yang kecewa berat dengan pernyataan kak Surya hanya bisa terdiam
meratapi mimpi mimpi yang hancur. Aku ingin marah, ingin teriak, ingin lari
sejauh jauhnya dari hadapannya, ingin menangis sejadi jadinya. Tapi apa daya
aku masih dalam tugas dan berada dalam suatu acara formal yang banyak orang
sehingga aku masih cukup waras untuk tidak melakukan hal hal konyol yang
nantinya akan mempermalukan diriku sendiri
Kak
Surya yang juga tahu kalau aku kesal dan marah padanya juga hanya terdiam
membisu. Dia juga tahu bahwa dia sudah mengecewakan aku. Dia tertunduk lesu
Merasa bahwa kesalahannya tak layak dimaafkan.
Aku
yang sangat butuh pelampiasan kekesalan hanya bisa melampiaskan pada sebuah
lampu senter yang aku pegang. Kalau aku dah gak waras mungkin senter yang aku
pegang sudah mendarat di pipi kak Surya. Senter yang kupegang hanya bisa
kumainkan mati..nyala..mati..nyala..mati..nyala sampe aku capek sendiri
memainkannya dan sambil meremas remas ujung baju untuk melampiaskan kekesalanku
yang sudah gatel pengen ngamuk orang dihadapanku yang sudah bikin suasana
hatiku kelabu, namun sisi hatiku yang lain aku tidak ingin menyakitinya karena
aku menyayanginya. Sayang???apakah masih pantas orang itu aku sayangi? Aku
merasakan sayang dan benci dalam waktu yang bersamaan dan ini sungguh sungguh
menyiksaku. Mungkin karena rasa sayangku masih jauh lebih besar dari amarahku
sehingga aku berhasil menahan amarahku.
Dunia
seakan berhenti berputar dalam suasana yang tidak mengenakkan, canggung, kaku
dan rasanya kami berada di dunia kami masing masing walaupun secara fisik kami
duduk berhadapan. Pikiranku mengembara kemana mana. Impian indahku telah
tersapu badai dalam sekejap lenyap. Aku lemah…butuh bahu untuk bersandar dan
menangis.
“Dek, aku tau adek pasti sangat marah
padaku, pasti sangat kecewa padaku dan aku sadar sepenuhnya bahwa kesalahanku
memang tidak termaafkan. Aku bisa merasakan kekesalanmu. Kalau Riri ingin
melampiaskan kemarahanmu jangan lampiaskan pada orang lain, hal lain atau benda
lain. Lampiaskan padaku karena aku yang telah membuatmu begini. Adek mau
berbuat apapun kepadaku aku akan terima, memukulku, menampatku, atau apapun itu
aku siap. Setidaknya bisa melegakanmu, mengurangi kekesalanmu.”
Aku masih diam enggan menanggapi kata
katanya
“ Kalau adek pengen melampiaskan rasa
marahmu, aku pengen adek tampar aku didepan umum, didepan teman teman biar adek
lega. Aku rela ditampar didepan umum, dipermalukan didepan umum karena aku
merasa bahwa sakit yang aku rasakan tidak sebanding dengan rasa sakit yang kau
rasakan. Karena rasa sakitmu jauh lebih berharga ketimbang rasa malu dan harga
diriku. Aku salah, aku juga tidak ingin berada dalam situasi ini. Ini juga
menyakitkan untukku karena aku sangat menyayangimu namun aku malah melukaimu.
Dek, bicara dong de. Jawab kakak..”
“Baiklah kalau memang itu maunya kak
Surya”
“Iya, lebih baik adek melampiaskan kekesalanmu padaku daripada aku cuma didiamkan seperti ini"
Pagi
pagi saat para panitia, teman teman dan senior alumni sedang berkumpul dam
acara pelantikan bantara junior kak surya dengan tegas mengatakan rencananya
tadi malam dengan lantang
“Riri sini sebentar deh..Katanya semalam ada yang pengen
nampar aku, ayo mana sini sini tangannya” sambil menarik tanganku mendekat
kehadapannya. Aku gak percaya kalau bakalan se serius ini. Aku menganggap bahwa
tawaran tadi malam itu hanyalah gurauan, hanya omong kosong. Aku malah yang
jadi kaget sendiri kenapa harus melakukan hal ini kepada orang yang amat sangat
kusayangi ddan kulakukan dihadapan banyak orang. Is this real??? Batinku masih
tak percaya
“Silahkan yang kanan dulu ya” kak
Surya menawarkan diri
“Beneran nih kakak nawarin aku?”
“Beneran dong, namparnya dari hati
ya. Aku merem dulu. Ni udah siap” katanya pasrah
Aku ragu antara iya dan tidak, antara
tega dan gak tega
Plakkkkk…tanganku mendarat dipipi
kanannya dengan sukses meninggalkan bekas merah dipipinya.
“Yang kiri belum dek” kak Surya
menatapku sambil meyakinkan aku untuk melakukannya. Menawarkan lagi pipi
kirinya dan aku masih tak habis pikir dengan jalan pikiran kak Surya
“Siahup ya, dan gak boleh nyesel lho
kalo udah nyuruh aku” aku masih mencoba bersikap biasa dihadapan teman temanku
karena aku tidak ingin teman temanku tau apa yang terjadi semalam. Aku masih
tersenyum seolah olah acara tampar menampar itu hanya lucu lucuan, hanya
bercandaan.
“Oke, merem lagi coba”
Plakkkkk.. pipi kirinya berubah
merah. Kak surya sampe bilang kalu telinganya sampe berdenging dengan
tamparanku. Teman temanku dan teman teman kak surya yang tidak tahu alasan dan
latar belakang acara tampar menampar itu malah jadi tertawa terbahak bahak .
dianggap lucu. Padahal mereka tidak tahu bagaimana isi dalam hatiku.. REMUK…dah
jadi serpihan serpihan kecil yang akan terbang tersapu angin.
“Ade’ nanti pulang sama aku”
“Gak usah nanti aku pulang sama Nia
aja”
“Kakak tunggu didepan ya”
Ini
orang aneh banget sih…udah ditampar didepan umum malah masih pengen nganterin
pulang. Dan aku juga aneh, udah disakitin malah masih mau dianterin pulang. Mau
ditolak gimana lha wong kak Surya nungguin aku pulang kok. Nia sahabat yang
sangat mengerti aku memintaku untuk pulang bersama kak Surya, setidaknya ini
untuk yang terakhir kalinya. Lagipula nanti aku juga akan menyampaikan sesuatu
yang belum sempat kusampaikan semalam. Mungkin bisa aku sampaikan saat
perjalanan pulang
“ Kak, terimakasih sudah menungguku
pulan, terimaksih untuk semuanya. Sudah mengajarkanku artinya menyayangi dan
kehilangan. Sudah mengajarkan padaku artinya rasa sakit. Aku butuh waktu untuk
sendiri dulu kak. Tolong kakak tidak usah jemput jemput aku lagi, gak perlu
hubungin aku lagi, gak usah email aku, telpon aku, suratin aku. Intinya tidak
perlu hubungin aku lagi. Aku butuh waktu untuk sendiri dulu.”
“Iya…aku hargai keputusan dan
keinginanmu, tapi tolong adek jangan musuhin aku”
“Aku tidak akan memusuhimu, aku hanya
butuh waktu untuk sendiri, menyembuhkan semua ini. Aku janji saat aku sembuh
dari rasa sakit ini dan aku sudah siap untuk membuka lembaran baru lagi sebagai
teman aku akan beritahu. Tapi aku sendiri tidak tahu aku butuh waktu berapa
lama untuk menyembuhkan ini semua dan menetralkan perasaanku. Bisa aja
sebuklan, setahun, bahkan mungkin seumur hidupku”
“Hubungi kakak lagi kalau adek sudah
bisa menerima kakak lagi sebagai teman. Karena aku sangat berharap kita tetap
bisa berhubungan baik, aku gak ingin kehilanganmu, aku saying padamu. Kita
kenal baik baik dan ingin tetap bisa baik baik”
“Iya, terimakasih sudah mengantarku
pulang”
“Dah Riri, Im gonna miss you so bad”
Dan
semua sandiwarakupun berakhir ketika aku menginjakkan kakiku dirumah. Tempat
ternyaman dan yang membuat aku menjadi diriku sendiri tanpa kepura puraan.
Sampai dirumah aku langsung mandi keramas, ganti baju, masuk kamar ke
Mudian menangis sesenggukan diatas
bantal. Aku menumpahkan semuanya dikamar, menumpahkan segala duka lara,
kekesalan dan kesedihan. Terisak isak sendirian hingga bantalku basah. Mama
yang mengetahui gelagatku tidak seperti biasanya dan terlihat murung langsung
menghampiriku
“Kenapa sayang?” Tanya mama denga
lembut
“Kak Surya ma, …” isakku terbata bata
“Kak surya kenapa sayang?”
“Kak surya punya cewek lain”
tangiskupun pecah, meledak sejadi jadinya dalam dekapan mama. Bahu ternyaman
dan terhangat untuk menumpahkan isi hatiku. Kupun menceritakan kronologis
kejadiannya seperti yang terjadi sebenarnya. Menceritakan kembali tentang kak
Rahma mau gak mau bikin aku tambah sedih. Aku menceritakan pada mama dan alasan
kenapa dia harus bersama kak rahma
“Sudah…gak usah menangisi lagi,
mungkin kak Surya sosok yang tidak tepat untukmu. Karena dia tidak
memperjuangkanmu, sekarang yang terpenting bagi Riri adalah menyelesaikan
studymu dengan baik, kuliah, bertemu dengan lingkungan baru, teman teman baru
yang akan membantumu melupakan sakitnya patah hati”
“Pesan papa, janganlah sekali kali
anak papa mempermainkan laki laki, tapi papa juga tidak ingin anak papa
dipermainkan oleh lelaki” Papa ternyata dari tadi mendengarkan obrolanku dengan
mama dan tiba tiba masuk kekamarku sambil mengatakan hal itu. “Papa tidak ingin
anak perempuan papa jadi sosok yang lemah, yang gampang rapuh hanya gara gara
putus cinta. Jadikan ini sebagai pelajaran hidup yang akan kamu ingat ingat
sampai nanti, bahwa kadangkala cerita hidup kita tidak berjalan seperti apa
yang kita inginkan. Namun Riri harus percaya bahwa semua ini berjalan atas
kehendak Allah, dan itulah yang terbaik. Mungkin saat ini Riri tau bahwa
ternyata kak Surya tidak benar benar menyayangimu. Harusnya kalau kak Suryamu
itu benar benar mencintaimu dia bakalan jujur padamu sebelum dia memutuskan
untuk meninggalkanmu dengan orang lain, bukan malah setelah jadian sama orang
lain. Itu bisa Riri jadikan pegangan. Papa juga tidak akan meyalahkan Surya
mengapa dia mengambil keputusan seperti itu karena kita tidak tau dilemma apa
yang dihadapinya saat mengambil keputusan itu. Jangan menilai seseorang hanya
dari yang kamu lihat dan yang separuh kamu dengar. Karena kadangkala yang kita
persangkakan bisa salah. Riri paham maksud papa nak?”
“Iya pa, terimakasih papa sudah
membuka mata hati Riri”
“Sebagai seorang ayah, sesungguhnya
papa sangat tidak rela kalau anak perempuan papa satu satunya disakiti oleh
orang lain sampai nangis nangis seperti ini, tapi papa juga tidak ingin
memintamu untuk memusuhi kak Surya. Mencari teman baik itu sulit, mencari musuh
itu mudah. Apa yang kalian mulai dengan baik baik selesaikanlah dengan baik
baik” papa mengakhiri nasehatnya sambil mengelus kepalaku. Aku sungguh sungguh
beruntung mempunyai orangtua seperti mereka yang sangat mengerti aku,
menyayangiku dan melindungiku. Tiada tempat ternyaman selain rumah yang selalu
aku rindukan suasana kebersamaannya. Aku punya supporter yang handal,yang
menyemangatiku dikala aku rapuh, disaat aku sedih, kecewa dan terluka. You are
the best ever mom, dad… Thank you for supporting me.
Beberapa
bulan pasca berakhirnya hubunganku dengan kak Surya aku sudah bisa menata
hatiku lagi. Mungkin karena aku sama sekali tidak berhubungan, tidak bertemu,
tidak mendengar kabarnyalah yang membuat aku bisa melanjutkan hidup. MOVE ON…
satu kata, enam huruf, mudah diucapkan tapi sangat sulit direalisasikan. Butuh
perjuangan hingga aku bisa sampai pada titik ini. Aku menganggap everything
runs well hingga suatu hari teman sekelasku Wulan berkata kepadaku
“Ri, tadi malam kak Surya kerumahku
loh, dia menitipkan ini untukmu” Wulan menyerahkan bungkusan kecil bersampul
merah muda warna kesukaanku dan berhias pita kuning. Setelah aku buka bungkusan
itu ternyata buku harianku, buku yang saat kami mengakhiri kisah kami buku itu
masih dibawa kak Surya
“Makasih ya Wulan”
“Sama sama Ri… Ri, aku boleh
mengatakan sesuatu padamu?”
“iya, ada apa?”
“Kak Surya titip salam untukmu, dia
kangen sama kamu Ri, karena udah gak boleh telpon kamu lagi, gak boleh email
kamu, gak boleh ketemu kamu. Sampai sampai kak Surya bela belain diam diam
datang kesekolah atau menunggumu pulang sekolah untuk melihatmu dari jauh hanya
demi untuk bisa melihatmu”
“Ah gombal banget” Dan air matakupun
tanpa terasa kembali menetes
“Maaf Ri, bukan maksudku membuatmu
kembali terluka. Aku Cuma mau menyampaikan kalau kak Surya juga merasakan hal
yang sama denganmu”
“Iya gak papa, terimakasih ya infonya
ya.. Tapi bukankah kak Surya sudah bahagia dengan pilihannya, dia sudah lebih
memilih kak Rahma ngapain juga masih mengurusi hidupku, masih peduli padaku.
Hanya nambah nyakitin aku”Jawabku sambil menyeka air mata dengan tissue sebelum
teman teman dikelas banyak yang melihatku menagis
“Wulan besok lagi plis deh gak usah
ungkit ungkit lagi masalah kak Surya pada Riri” Nia malah yang jadi sewot sama
Wulan gara gara melihatku menangis.
“Sudah sudah, bukan Wulan yang salah
kok. Dia Cuma menyampaikan amanah dari kak Surya untuk ngembaliin bukuku”aku
mencoba menengahi
“Tapi aku Cuma gak ingin kak Surya
bikin kamu nagis lagi say”
“Iya Nia, aku tau itu. Kamu memang
yang paling mengerti aku”
Saat
tiba dirumah aku membuka buka lagi buku diaryku yang tadi pagi dikembalikan kak
Surya lewat Wulan, kubuka buka lagi lembar demi lembar cerita yang menghiasi
buku itu. Cerita cerita indah yang kini hanya tinggal kenangan hingga aku
menemukan tulisan tangan kak Surya dilembar lembar terakhir buku diaryku. Air
mataku kembali berderai membaca tulisan tangannya. Aku bisa merasakan dilema
yang dihadapinya saat mengambil keputusan itu. Terjawab sudah semuanya. Dan aku
tau bahwa dia sungguh sungguh. Walaupun terkadang logikaku masih suka meragukan
perasaannya, tapi hatiku memilih untuk percaya. Aku percaya hatiku. Kalau semua
teman temanku menganggap bahwa kak Surya cowok yang gak bener, cowok yang
brengsek karena sudah tega mengkhianati aku dengan memilih orang lain
dibelakangku dan masih saja memberikan harapan harapan semu dengan tetap
memperhatikanku dari jauh. Teman temanku sungguh malah yang merasa lebih kecewa
padanya dan menganggapku sebagai stupid girl yang mudah dibohongi, yang gampang
percaya dengan kata katanya yang manis tapi berbisa (menurut teman temanku sih
begitu)
Mungkin
aku memang bodoh, mau saja mudah percaya pada semua kata katanya, pada semua
alasannya, pada apapun yang dia lakukan tanpa sepengetahuanku. Jujur,
sebenarnya aku masih sangat menyayanginya dari lubuk hatiku yang paling dalam,
terlepas dari hal hal menyakitkan yang telah ia lakukan kepadaku. Aku tidak
bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku memang tidak bisa membencinya walau
telah dikecewakan. Rasa sayang itu masih ada, rindu ini juga masih ada, cinta
inipun masih berada ditempatnya. Tapi aku tidak ingin hidup dalam impian impian
kosongyang bisa membunuhku secara perlahan. Semakin aku tau tentangnya semakin
aku tak bisa lari darinya. Benar benar bagai makan buah simalakama.
Dia
mungkin bukanlah cinta pertamaku tapi mungkin bagiku dia adalah cinta
terdalamku. Belum pernah aku mencintai orang lain seperti aku mencintainya,
bahkan dengan Andre sekalipun rasanya tidak seperti ini. Saat tau Andre jadian
sama orang lain rasanya tidak sesakit saat aku tau kak Surya jadian dengan kak
Rahma. Mungkin dengan Andre dulu aku Cuma cinta monyet. Aku masih sering menangis
bukan karena aku masih sakit hati terhadap perlakuan menyakitkan yang aku
terima dengan dikhianati. Tapi aku mennangis karena hatiku selalu berperang.
Sisi hatiku berbicara kalau kak Surya benar benar mencintaiku, menyayangiku
dengan setulus hatinya, bahwa dia menjalani hubungannya dengan terpaksa demi
alasan kemanusiaan, tapi sisi hatiku yang lain menyangkalnya, menyangkal bahwa
yang kakSurya lakukan hanyalah pembenaran atas kebohongannya. Bahwa dia tidak
benar benar menyayangiku, bahwa dia hanya mempermainkanku, hanya sandiwara
picisan…
Bodoh,
aku memang sungguh bodoh kalau aku bisa percaya kata katanya. Mataku mungkin
memang terlalu buta untuk bisa melihat realita yang ada dihadapanku, telingaku
terlalu tuli untuk bisa mendengar suara suara sumbang tentangnya. Tentang kabar
burung yang mengatakan bahwa dia bukanlah yang terbaik untukku karena alasan
alasan tertentu yang tidak aku mengerti… Hidupku berubah drastis. Aku tidak
sama lagi dengan yang dulu. Cara pandangku terhadap kehidupanpun berubah.
Suatu
hari sekolah mengumumkan bahwa selepas
ujian untuk menunggu jeda pengumuman aka nada presentasi dari para
alumni sekolah yang bertema PENGENALAN KAMPUS. Aku taunya kami akan dikumpulkan
di aula sekolah saat acara itu berlangsung, ternyata kami tetap berada dikelas
kami dan alumni masuk di kelas dengan bergiliran. Yang sungguh sungguh tidak
aku sangka adalah bahwa yang masuk dikelasku adalah kak Surya dan salah satu
teman seangkatannya yang belakangan aku tau namanya adalah kak Suci. Aku benar
benar kaget karena itu pertama kalinya aku bertemu kak Surya pasca kami putus
hubungan dan tidak pernah berkomunikasi lagi. Pertemuan mendadak itu membuatku
tidak nyaman, karena aku tidak pernah menginginkan pertemuan ini, pertemuan
mendadak ini. Selama kak Surya dan kak Suci presentasi didepan aku sama sekali
tidak memperhatikan, pikiranku mengembara entah kemana, bahkan aku tidak berani
hanya sekedar untuk menatapnya. Aku pura pura sibuk sendiri dengan menulis
nulis diatas kertas seolah olah mencatat apa yang disampaikan mereka padahal
aku asyik dengan duniaku sendiri, dengan khayalanku sendiri.
Teman
temanku yang tahu bahwa yang presentasi didepan kelas adalah orang yang pernah
berarti untukku meledekiku habis habisan. Aku menanggapi dengan senyuman
padahal hatiku rasanya berserakan atas pertemuan tak terduga ini. Sulit
kulukiskan bagaimana rasanya. Kalian pasti tau rasanya saat dua orang yang
saling mencintai (ntah saling mencintai atau hanya aku sendiri yang cinta)
dipertemukan sedangkan keduanya juga menyadari bahwa mereka tidak akan pernah
bersatu. Can you imagine that??? Itulah rasaku saat itu. Rasa percampuran
antara seneng karena sudah lam tak berjumpa dengannya, rindu mendengar
suaranya, tapi takut berada didekatnya. Takut bahwa aku tak bisa mengendalikan
perasaanku, takut perasaanku kembali berserakan setelah puing puingnya dengan
susah payah aku susun kembali.
Aku
mulai bosan dengan situasi ini, tidak nyaman berada satu tempat dengan kak
Surya. Ingin segera keluar dari situasi yang tidak mengenakkan ini.
“Presentasinya kok lama banget sih
ini” bisikku pada Nia teman sebangkuku dikelas
“Kenapa Ri? Kan malah enak kamu bisa
lebih lama mandangin kak Surya” Nia meledekku sambil tertawa kecil
“Ih…Nia gitu deh…” aku menjawab
gurauannya dengan cemberut
Sahabatku
yang satu ini memang sungguh sungguh tau bagaimana isi hatiku, karena dialah
yang selam ini mendampingiku dalam masa masa terburuk dan terberatku. Dialah
yang tau bagaimana hitam putih dan kelabunya kisah cintaku. Dia yang selalu
mensupportku dalam kondisi apapun. Aku tidak bisa melukiskan bagaimana aku
merasa sangat beruntung memiliki sahabat sepertinya. The best I’ve ever had
seperti judul lagunya Vertical Horizon aja J. Kami sama sama saling menguatkan
saat kami lemah dan punya masalah.
“Terimakasih atas waktu dan
kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyampaikan hal hal yang
berhubungan dengan dunia kampus, dunia yang sebentar lagi akan kalian masuki.
Jika masih ada yang belum jelas akan saya berikan waktu untuk sesi Tanya jawab
sekali lagi.
“Ini kak, Riana mau menanyakan
sesuatu tapi malu”teman temanku pada nunjuk nunjuk aku yang dari tadi Cuma
diam. Aku yang tidak merasa ingin menanyakan sesuatu jadi geragapan dan salah
tingkah sendiri
“Iya, gimana de’ ada pertanyaan
apa?”kak Surya mencoba tetap ttenang walaupun dia juga tau bahwa teman temanku
hanya mengerjaiku
“Enggak kok kak. Sudah jelas
semuanya”
“Jelas apa Ri? Jelas jelas cinta ya?”
tiba tiba si Andi teman sekelasku yang super jail nyeletuk diikuti gemuruh tawa
teman teman sekelasku
“Cieeeeeeeee…..” seketika kelasku
gaduh karena hal itu. Ku tersenyum walaupun dalam hati agak dongkol juga dengan
kelakuan Andi yang bikin aku malu. Rasanya pengen aku jitak tu anak.
“Ya sudah jika sudah jelassemuanya,
terimakasih banyak ya adik adik kalau penjelasan kakak sudah bisa diterima
dengan baik. Kakak cukupkan sekian Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarokatuh”
“Waalaikumsalam warahmatullahi
wabarokatuh”
Akhirnya
kelaspun usai, kami para siswa kelas 3 yang habis dapat presentasi berhamburan
keluar kelas. Kak surya yang masih ngeberesin laptopnya tiba tiba berkata
kepadaku ketika aku hendak keluar kelas bersama Nia
“De’ pulangnya nanti bareng sama
kakak ya”
“Emmm, gak usah kak terimakasih, aku
ada perlu sama Nia sepulang sekolah ini” jawabku berbohong. Padahal aku tidak
ada acara apa apa setelah ini, hanya alasanku saja untuk menghindari diantar
pulang kak Surya walaupun sebenarnya rumah kami searah.
“Oh, ya sudah kalau gitu” ada nada
kecewa dalam ucapannya.
“Dah kak Surya, kami duluan ya…” Nia
ber say goodbye pada kak Surya
“Oke oke…hatihati dijalan ya kalian
berdua, take care.. Nitip Riri ya Nia”
“Beres kak”
Apa
coba maksud kak Surya bilang kaya gitu. Please deh kak, stop ngasih perhatian
perhatian semu itu kepadaku. Semua sudah berubah sekarang, situasinya sudah
tidak lagi seperti dulu. Jangan biarkan aku terus menerus hidup dialam mimpiku,
nanti aku susah bangun. Jeritku dalam hati.
Menjelang
tidur malam aku malah jadi inget pertemuan tadi siang disekolah, inget
senyumnya, inget wajahnya, inget lagi suaranya. Ya Allah aku tidak ma uterus
terusan seperti ini. Jujur memang aku tidak bisa membencinya, tidak bisa marah
padanya, karea aku sangat menyayanginya. Aku justru malah tersiksa sendiri jika
harus berkata ketus padanya, dengan sengaja menjauhinya. Kenapa bisa seperti
ini sih perasaanku. Aku hanya bolak balik dikasur tidak bisa memejamkan mata,
tengkurap, miring, rebahan….Dimana mana kok yang muncul bayangan kak Surya
terus. Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….agaknya aku sudah tidak waras lagi.
Aku
tidak bisa tidur, yang bisa kulakukan kalau lagi gak bisa tidur biasanya curhat
lewat buku harianku, menuliskan segala keluh kesahku yang siapa tau suatu saat
Kisah cintaku bisa aku jadikan novel. Hmmmm
keinginan yang terlalu muluk. Sejak SD aku memang punya kebiasaan menulis di
buku diary.kalau saat masih SD yang aku tulis dibuku adalah kisah kisah masa
kecil bersama teman teman sekolahku, cerita sehari hari khas anak anak.
Walaupun cerita dibuku harianku saat ini juga ttidak jauh dari cerita tentang
teman temanku dan perasaanku yang kadang isi buku ini childish banget. Cerita
tentang cinta pertamaku, cerita tentang kak Surya dan yang lainnya. Aku masiha
akan terus menulis karena konon katanya kebiasaan menulis itu baik untuk otak
supaya mencegah kita dari kepikunan dimasa tua. Sebenarnya tujuanku menulis
dibuku tuh ya itu, untuk mencegah supaya gak cepat pikun, supaya aku masih bisa
mengenang cerita masa laluku disaat aku sudah lanjut usia dan memberikan
pelajaran hidup yang berharga bagi anak cucuku kelak.
Kadang
kadang hal hal dramatis dan menyedihkan yang saat kita mengalaminya bisa
menilis di buku harian sambil menangis berdarah darah justru saat masa masa itu
sudah berlalu dan kita membaca lagi kisah itu di buku harian justru kita bisa
membaca sambil menyunggingkan senyum. Aku yakin dengan pasti bahwa suatu saat
ada masanya dimana kami (aku dan kak Surya) bisa bercerita cerita lagi tentang
kisah cinta lama ini sambil menyunggingkan senyuman karena sudah tidak ada lagi
duka, lara, sakit hati dan dendam. Aku selalu berkeinginan dalam hatiku bahwa
dengan siapapun aku tetap bisa berhubungan baik, walaupun itu dengan mantan
sekalipun. Karena bagaimanapun yang namanya mantan itu adalah orang yang pernah
berarti untuk kita, orang yang pernah kita sayangi dengan setulus hati, dan
orang yang telah mengajarka kita bagaimana rasanya mencintai, dicintai dan
dikecewakan. Kita bisa banyak belajar darinya asalkan kita memandang segala
sesuatu dari sudutpandang yang baik. Bagaimanapun, mantan juga orang yang
pernah mengisi hari hari kita dan yang namanya sering kita sebut dalam doa doa
kita.
Aku
selalu berharap bahwa aku tetap bisa berhubungan baik, seperti yang
dinasehatkan papaku. Bahwa gak akan baik
bermusuhan dengan orang lain meskipun orang itu pernah menyakiti kita. Jangan
membalas keburuka dengan keburukan. Jadilah seperti pohon yang dilempar batu
namun membalasnya dengan menjatuhkan buah. Aku ingin bisa merealisasika apa
yang papa harapkan dari aku, bahwa sebagai anak perempuan satu satuanya aku
menjadi wanita yang kuat, yang berhati besar dan tidak membenci orang orang
yang menyakiti kita.Termasuk kepadayang namanya mantan… tapi agaknya yang aku
harapkan dan aku inginkan ini mungkin masih dalam taraf harapan dan keinginan
karena nyatanya aku belum bisa untuk berdamai dengan masa laluku, aku masih
menghindarinya demi menghindari rasa sakit itu. Jujur aku belum bisa
mempraktekkan nasehat papa. Kaetemu kak Surya aja aku masih canggung, masih
enggan berbicara padanya, masih berusaha untuk menghindarinya sejauh mungkin. itu
kan sama aja aku belum bisa MOVE ON..six letters easy to say but really hard to
do itu tadi. Teorinya sih pengeeen, prakteknya yang susah.
Aku memang belum bisa move on darinya, LOVING IS NOT ALWAYS BELONGING..Cinta itu tak selalu harus memiliki. Aku mencintai dan menyayanginya tulus, bahkan tidak berharap untuk dicintai balik. Hanya selalu berharap dan selalu mendoakan bahwa ia bahagia dengan pilihannya. saat kegalauan melanda aku masih punya Allah tempatku berkeluh kesah karena ku percaya bahwa takada sehelai daun yang jatuh tanpa kuasanya makanya aku percaya bahwa aka nada hikmah dari semua kepedihan ini,aku masih punya orangtua yang selalu mendukungku dan punya sahabat sahabat yang peduli dan sayang padaku. Menangis, meratap, mengeluh itu memang bagian dari proses yang harus aku lalui. Aku berserah pdaMu ya Allah atas segala yang terjadi pada hidupku. Allahlah yang maha tau segalanya karena ialah sang penulis sekenario hidup yang Maha Adil. Walaupun jika aku mati matian berharap kak Surya kelak menjadi pendamping hidupku namun jika Allah tidak menuliskannya begitu maka semua itu tidak akan terwujud, sampai kapanpun tidak akan pernah kumiliki. Namun jika kak Surya adalah takdirku, maka suatu saat pasti Allah akan mempertemukian kami dalam ikattan yang lebih indah. Healing crysis kupun berlalu. Memang butuh waktu sampai aku benar benar bisa mengatakan bahwa AKU BAIK BAIK SAJA. Hingga akhir masa sekolahku berlalu aku sudah bisa menatap masa depan tanpa bayang bayang kak Surya. Bismillah…kan kutapaki hari esok yang lebih indah…. Aamiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar