Selasa, 23 Juni 2015

CHAPTER FOUR THE UNTOLD STORY OF RIRI



CHAPTER FOUR
^KAU YANG MULAI KAU YANG MENGAKHIRI KAU YANG BERJANJI KAU YANG MENGINGKARI^
(dangdut bangeeeettt)

            Malam itu pada suatu acara seleksi calon bantara pada tanggal 27 Juli tahun 2001 aku dan kak Surya ditugaskan untuk berjaga di pos yang sama, hanya berdua saja. Aku yakin betul bahwa semua ini hasil settingan teman teman. Pasti teman temanku sengaja memasangkan kami jaga di pos yang sama untuk suatu misi. Misi yang aku sendiri sudah bisa merasakan arahnya kemana. Karena tadi sore aku sempat diajak ngobrol dengan sahabatku Nia. Dia menanyakan tentang bagaimana perasaanku kepada kak Surya. Dan aku yakin malam ini pasti kak surya bakalan mengutarakan isi hatinya padaku. Masih kuingat benar apa kata kata yang terucap dari bibirnya. I can remember every single words
“ De, ade’ tau kan kenapa kita ada disini sekarang?”
“Ya buat jaga di POS 4 kan kak?” kataku seolah olah tidak tau arah pembicaraannya. Kulihat rona gelisah dimatanya dan dari gesture badannya, percampuran antara grogi, cemas dan penasaran.
“ De’, ade’ tau kan kalau aku suka sama kamu?” akhirnya meluncur juga kata kata itu dari bibirnya setelah bergelut dengan rasa yang berkecamuk dalam hatinya.
“Iya, aku sebenernya tau kalau kakak suka sama aku, tapi…bukannya selama ini kak Surya sebel banget ya sama aku?. Kan sejak kita kenal dulu itu kakak selalu galak kalau sama aku”
“Semua itu aku lakukan karena aku ingin dekat denganmu de’, bagaimana lagi caranya kalo gak kaya’ gitu. Kaka’ gak bakalan bisa deket sama kamu, melihatmu dari dekat”
“Tapi semua itu sempat bikin aku sebel banget sama kak Surya”
“Sekarang masih sebel gak sama aku?”
“Ya gak dong kak”
“Aku suka sama ade’, dan aku tau kalau ade’ tidak ingin pacaran, aku tau kalau kamu inginnya langsung dilamar tanpa pacaran. Aku juga sudah bilang pada ibuku kalau kaka’ suka sama cewek dan cewek itu tidak mau berpacaran, maunya dilamar untuk kelak dinikahi. Ibu kakak berkata bahwa saat ini kakak masih kuliah dan kamu masih SMA, sebentar lagi kuliah. Kamu akan menemukan dunia baru, orang orang baru. Mungkin jika saat ini Riri melihat bahwa kak Surya bisa menjadi yang terbaik untuk Riri, tapi jika suatu saat Riri bertemu dengan orang yang lebih baik dari aku, aku takut nantinya kamu akan menyesal karena sudah kulamar”
“Trus kakak maunya kita bagaimana?”
“Aku maunya kita jalani semua ini apa adanya, aku sudah jujur pada diriku sendiri dihadapanmu kalau aku cinta sama Riri, apakah Riri juga merasakan hal yang sama denganku?”
“Iya, aku jujur kalau aku juga suka, mungkin juga cinta sama kaka’  tapi aku tidak ingin kita pacaran yang suka pergi pergi bareng, ngapel ngapel kalau malam minggu, gak perlu ada tanggal tanggal jadian, gak perlu anniversary atau apapun itu seperti orang orang lakukan dengan pasangan mereka. Prinsipku dalam menjalin hubungan adalah kepercayaan dan komunikasi. Kuncinya hanya itu. Aku percaya kakak dan kakak percaya aku. Kakak bisa saja suatu saat menyimpan kebohongan padaku, selama  aku tidak tau, aku akan baik baik saja, tapi aku yakin kalau kakak menyimpan kebohongan kakak tidak akan tenang walaupun aku tidak tau. Hanya itu yang aku butuhkan dari orang yang aku harapkan dalam hubungan ini, yang entah apa namanya”
“Iya aku setuju, terimakasih Ri, sudah membuatku lega dengan jawabanmu. Terimakasih juga sudah jujur pada kakak tentang isi hatimu, kakak bahagia mendengarnya”
“Sama sama kak”
          Tidak ada moment romantis, tidak ada adegan romantic, tidak ada kata kata romantic, semua mengalir begitu saja. Yang pasti aku hanya sudah merasa lega terhadap kejujuran kak Surya yang mengutarakan isi hatinya. Dan akupun meyakini bahwa kak Suryapun merasa lega karena telah tau apa isi hatiku, setelah sekian lama meenjadikanku sebagai Target Operasi dan PDKTin dengan cara membully saat pramuka….Cara yang nggak banget sih menurutku, tapi efektif juga bikin aku kepikiran terus sama kak Surya walaupun awalnya kepikiran gara gara sebel, tapi lama lama bikin kangen kalau kak Surya gak datang pas acara Pramuka.
          Pagi ini rasanya lebih indah dari biasanya karena kejujuran kak Surya semalam sudah mengubah segala stigma negatifku tentangnya.Aku yang tadinya sebel setengah mati karena sempat menjadi sasaran bullyannya kini tak lagi membencinya karena aku kini tau alas an dia melakukan hal itu hanya karena dia tidak punya cara lain untuk bisa dekat denganku. Dulu, tiap kali ada acara pramuka pasti aku yang di ‘gojlog’ habis habisan sama dia dan hal itu sedikit banyak telah membuatku sebel setengah mati padanya, tapi lama lama saat acara pramuka dia gak datang dan gak ada yang marah marah sama aku, aku malah jadi kangen. Hmmmmmm… awal cinta yang aneh. Benci tapi rindu kaya’ judul lagu jadul era 70an hehehehe…
          Hari hari berlalu tanpa terasa, kami LDRan (Long Distance Relationship-an) karena kami tinggal dikota yang berbeda. Aku masih di Magelang karena belum lulus SMA sedangkan kak Surya ada di kota Semarang melanjutkan studynya yang masih separuh jalan. Yang  bisa kami lakukan hanyalah berkirim kabar lewat e-mail atau bertelepon saat kangen.Saai ini belum banyak anak anak sekolah yang pakai hand phone, jadi masih pakai telepon rumah atau e-mail.
          Dari sejak SD hobbyku adalah menulis di buku harian dan kebiasaan menulis itu masih terus berlanjut hingga aku SMA. Satu bulan bisa satu buku aku habiskan hanya untuk mencurahkan isi hatiku. Mungkin kalau buku harianku dukumpulin ceritanya trus dibikin novel bisa jadi beberapa jilid. Kalau sekarang karena semua isi bukuku banyak menceritakan tentang kak Surya dank arena kami gak pernah bertemu karena jarak yang jauh, kak Surya meminta ijin padaku untuk membaca buku yang aku tulis. Akhirnya setiap dia pulang, dia membawa bukuku untuk dibacanya, sehingga ia tau apa yang aku rasakan dalan satu bulan ini, jika berganti bulan maka ia akan memabwa lagi bukuku dan mengembalikan buku yang lama yang telah ia isi tulisan pada lembar lembar yang sengaja aku sisakan untuknya menulis. Seperti itu berlangsung sampai lebih dari satu tahun. Kami masih terus berkirim e-mail, bertelepon, bertukar buku harian dan semuanya berjalan baik baik saja. Kami tidak pernah makan bareng, jalan jalan berdua, ngapel malam minggu tapi kami merasa senang dengan cara kami sendiri. Hanya saja sesekali kalau dia sedang dalam masa libur kuliah suka tiba tiba datang kesekolah pas jam istirahat hanya untuk menemuiku. Hanya untuk menyempatkan ngobrol denganku sambil bertemu juga dengan sahabat sahabatku. Pernah suatu kali saat ia libur kuliah datang kesekolah naik motor pas jam istirahat sekolah menemuiku, kemudian dia pulang lagi mengembalikan motornya lalu datang kesekolahku naik angkot hanya demi bisa pulang bareng denganku karena kak Surya tau aku tidak pernah mau diajak berboncengan naik motor berdua dengannya. Saat tiba jam pulang sekolah dia sudah menyambutku didepan gerbang sekolah dengan senyum khasnya yang gak pernah bisa aku lupakan. Senyumnya itu khas, karena setiap kali ia tersenyum akan terlihat giginya yang bikin senyumnya tambah manis (es sirop kali ya kok bisa manis…)    
“Lho motor AA 4294 GA nya mana” tanyaku penasaran
“Udah aku bawa pulang”
“Trus kak surya kesininya sama siapa?”tanyaku penasaran
“Ya sendiri dong, kaka’ tadi naik angkot. Kan kamu gak pernah mau kaka’ bonceng pake motor makanya kaka’ pengen pulang bareng sama Riri naik angkot”
Bagiku, hanya dengan dia melakukan hal itu aja rasanya so sweet banget. Padahal Cuma naik angkot doang. Hehehehe… naik angkotnya aja rame rame sama teman temanku, bukan cuma berdua doang tapi bagiku aku merasa senang dia mau bersusah susah naik angkot hanya untuk bisa lebih lama bersama denganku… Kejadian ini tidak akan pernah bisa kau lupakan.
          Hubungan kami berjalan adem ayem saja selama setahun ini, gak pernah ribut, gak pernah marahan. Mungkin bagi kami hubungan ini tak bernama alias tanpa status yang jelas, tapi kalau dilihat lihat dan dan dirasa rasa tetap aja namanya pacaran walaupun aku tak pernah mau kalau hubungan kami dikatakan pacaran. Suatu hari di awal semester saat aku naik kelas 3 sahabat sahabatku akhir akhir ini suka kasak kusuk sendiri tanpa melibatkan aku. Aku merasa teman temanku menyembunyikan sesatu, tapi aku tidak mau memaksa mereka untuk bercerita padaku. Sebagai sahabat yang saling percaya, aku yakin sekali bahwa teman temanku pasti punya alasan tersendiri kenapa tidak menyampaikannyakepadaku. Tapi suatu ketika habatku sembunyikan inipun sampai juga ke telingaku. Salah satu sahabatku ada yang melihat dan mengetahui bahwa kak Surya punya cewek lain lain teman kampusnya. Tanpa sepengetahuanku teman temanku marah marah pada kak Surya bahwa kak Surya sudah mengkhianatiku, sudah menduakan cintanya, menyalahgunakan kepercayaanku dan blab bla bla  lainnya yang aku sendiri tidak tahu. Aku memang tidak tahu, akupun tidak pernah mencaritahu. Selama ini aku berprinsip bahwa mencintai itu percaya dan jujur. Aku sangat percaya padanya dan aku harap juga sebaliknya. Selama ini apa yang terjadi pada hubunganku dengan kak Surya aku serahkan pada Allah. Akrena aku percaya bahwa sepandai pandainya seseorang menyimpan bangkai niscaya akan tercium juga. Sepandai pandainya seseorang menyimpan kebohongan maka pasti akan ketahun juga. Itu prinsipku… yang penting aku sudah jujur maka aku tidak akan punya beban menyimpan kebohongan, perkara orang yang aaku percaya ternyata tidak bisa jujur ya berarti itu tanggung jawabnya dengan Tuhannya.
          Memang sakit mendengar berita itu, rasanya seperti ditusuk pakai pisau berkarat… tapi aku juga tidak ingin langsung percaya sebelum aku mendapaat penjelasan langsung dari yang bersaangkutan. Aku sangat berharap ada kejujuran dari mulut kak Surya tanpa aku harus memintanya.Aku sangat menyadari bahwa memang hubungan kami ini tanpa nama, tanpa komitmen yang kuat, tanpa status dan hanya berlandaskan pada kejujuran bahwa kak Surya menyayangiku dan aku menyayanginya. Harapanku saat awal dia menyatakan perasaannya kepadaku bahwa hubungan ini akan langgeng hingga saatnya nanti kita dapat bersanding dipelaminan dalam ikatan suci pernikahan. Aku dapat mendampinginya, menjadi penyemangat hidupnya begitupun sebaliknya.. hingga kelak maut memisahkan kami. Namun sepertinya impianku hanya tinggaal angan angan karena baru berjalan satu tahun saja hubungan ini sudah gonjang ganjing dengan berita miring. Aku adalah aku, dengan segala prinsip prinsip yang aku pegang teguh, dengan segala kekuranganku yang mungkin bagi seorang laki laki yang ingin berpacaran untuk mencari kesenangan semata maka itu bukan aku. Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi, hamba mohon tunjukkan jalan terangMu agar aku dapat melangkah dengan pasti.                                                                 
          Saat acara kegiatan sekolah kak Surya datang, saat bertemu aku dan teman temanku tiba tiba Chusna berkata pada kak Surya sambil bersalaman
“Jangan sembunyikan kebusukan dibalik muka manis” 
“Maksudnya apa ini?”kak surya kaget
“ Halah jangan pura pura bego deh kak Surya, kami udah tau apa yang kak Surya sembunyikan”
Aku hanya diam, menatap perubahan mimic wajahnya yang tiba tiba memerah. Aku tau pasti bahwa memang ada sesuatu yang kak surya sembunyikan. Sikapku padanya masih tetap sama. Aku tidak menunjukkan sikap memusuhinya karena aku ingin tau apa tindakannya jika aku hanya diam. Mungkin aku diam, tapi aku menunggu kejujurannya, kejujuran yang sebenar benarnya walaupun kejujuran itu akan menyakitiku. Aku berlalu dari hadapannya tanpa sepatah katapun, hanya senyum penuh tanda tanya yang menghiasi bibirku. Kak Surya tak bisa berkata apa apa juga. Hanya tatapan rasa bersalah yang ia tujukan kepadaku.  
“ Ada apa kak Surya? Aku perhatikan kok kak Surya gelisah?”
“Sebenernya ada yang ingin aku bicarakan denganmu de’, tapi tidak sekarang. Bagaimana kalau nanti malam saja?”
“Iya gak papa. Dimana?”
“Dilapangan basket sekolah ya”
“Iya kak”
Kamipun sejenak melupakan janji untuk ketemu karena aku sibuk ngurusin pelantikan junior baru yang besok pagi akan sama sama kami lakukan. Setelah makan malam dan kegiatan malam lagi lagi aku mendapatkan pos jaga di lapangan basket dengan kak Surya. Aku tau ini adalah permintaannya kepada panitia acara karena kak Surya ingin membicarakan sesuatu yang penting kepadaku. Saat jaga berdua kami duduk dibawah ring basket beralaskan semen dan beratap langit bertabur bintang ditemani sinar rembulan yang tertutup awan. Aku berharap akan mendapatkan berita baik dari hal yang akan kak Surya bicarakan ini.
Hmmmmmmmmm…… terdengar suara desah panjang nafasnya yang menandakan bahwa yang akan dia sampaikan adalah hal yang penting dan kak Surya bingung untuk memulainya.Kami yang duduk bersila saling berhadapan dilanda keheningan untuk beberapa saat. Aku mulai tidak sabar dengan situasi yang tidak mengenakkan ini.
“ Kak, katanya ada yang mau kakak sampaikan kok malah diem?”
“Aku bingung darimana harus memulainya de’, tapi sebelumnya aku minta maaf ya apabila nanti yang kakak sampaikan menyakiti perasaanmu”
“Iya, kakak cerita aja dulu, biar aku gak penasaran. Aku lebih suka jika orang lain berkata jujur kepadaku meskipun kejujuran itu menyakitkan daripada aku mendapatkan perlakuan baik dan manis tapi semua itu palsu”
“Aku ingin bercerita, silahkan Riri dengarkan dulu. Nanti kalau kakak sudah selesai bercerita, silahkan Riri menanggapi”
“Iya kak”
“Kemarin waktu kakak KKN selama satu bulan kakak akrab dengan salah satu teman kelompok kakak, namanya Rahma. Dia punya penyakit kanker tulang belakang stadium 2. Rahma menyukaiku. Saat KKN penyakitnya kambuh sehingga aku menemaninya dirumah sakit. Saat dia melakukan kemoterapi kakak sangat kasihan dan bersimpati terhadap perjuangan hidupnya melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya, kakak sering menemaninya kemoterapi. Kami semua teman teman KKN yang menyaksikan saat dia kesakitan karena penyakitnya kambuh merasa iba. Kadang ia suka pingsan mendadak saat kegiatan karena penyakitnya telah membuatnya lemah. Lagipula teman teman KKN yang tahu jika Rahma suka padaku membujukku untuk nembak dia, dengan alasan bahwa jika seseorang yang sedang berjuang untuk hidup didampingi oleh orang yang ia cintai maka semangat hidupnya kembali bangkit dan harapan hidupnya akan lebih lama. Karena dia memiliki seseorang yang akan membantunya, mendampinginya dan menemaninya dimasa masa sulit. Akhirnya aku melakukan saran teman teman demi untuk alasan kemanusiaan. Aku tau ini salah karena ini pasti sangat menyakitimu, sesungguhnya inipun sangat menyakitkan untukku karena aku sesungguhnya tidak mencintainya, aku hanya ingin dia sembuh dan punya semangat hidup. Kalau aku ditanya jujur, hatiku selalu untukmu de’.”
Sampai disitu keheningan melanda. Aku sangat syok, antara percaya dan tidak percaya, antara mimpi dan realita sungguh tidak bisa aku bedakan. Aku berharap saat itu ada seseorang yang membangunkanku dari mimpi buruk yang hampir membuatku mati
“De’, kamu tidak apa apa?, kok diam saja?.. riri, bicara dong de’, aku sudah selesai becerita” kata kata kak Surya membuyarkan lamunanku
“Ini sangat menyakitkan untukku, sampai aku tidak tau harus ngomong apa kak” wajahku memerah, dadaku rasanya sesak ingin berteriak sekeras kerasnya, air mataku sudah menggenang dipelupuk mata menunggu untuk tumpah tercurah namun berhasil aku tahan karena aku tidak ingin nampak lemah dihadapannyaat. Untunglah saat itu gelap karena semua lampu penerangan disekolah dipadamkan untuk acara jalan malam. Kami yang saat itu harusnya berjaga di Pos 5 sampai tidak tau berapa jumlah peserta yang sudah lewat karena kami sedang berada di dunia kami sendiri. Dunia yang bagiku terasa seperti berada didalam kotak kardus yang sempit dan hampa udara. I’m speechless and breathless….
“ aku bisa aja kak bilang aku gak kenapa kenapa, tapi kalau aku mengatakan hal itu sama aja aku membohongi diriku sendiri. Kalau kakak kasian pada kak Rahma, bersimpati kepada kak Rahma atas penyakitnya lalu apakah caranya harus dengan menyakitiku? lalu siapa yang akan merasa kasian padaku? Gak ada kan? Bahkan orang yang kupercaya dan yang kusayangi aja tidak peduli. Kakak tidak perlu berbohong dengan mengatakan kalau kakak tidak mencintai kak Rahma. Jika memang seperti ini keadaannya aku yang akan memilih mundur. Aku tidak akan jadi penghalang bagi kalian berdua karena mungkin kak Rahma lebih bisa memberikan kebahagiaan untuk kakak daripada kakak bersamaku yang mungkin memang tidak ada apa apanya dibandingkan kak rahma” suaraku parau menahan air mata
“Aku tau aku yang salah sudah mengecewakanmu, menyakiti hatimu, membuatmu marah, bahkan mungkin ade’ bakalan membenciku karena hal ini. Tapi ade’ juga harus tau kalau aku sayang padamu makanya aku jujur tentang hal ini kepadamu. Aku minta maaf atas semua ini”
“Apakah jika teman temanku tidak tau tentang hal ini kak Surya juga bakalan jujur padaku tentang hal ini? Aku rasa tidak. Kalau kakak benar benar sayang padaku tentunya bukan begini caranya, bukan seperti ini cara memperlakukan orang yang disayangi. Kalau kaya gini caranya bukan sayang namanya tapi menyakiti, nyakitin banget. Kakak pembohong dan egois. Aku benar benar kecewa. Kakak ternyata tidak bisa menjaga kepercayaanku”
Dalam hati aku sudah menangis mengetahui kejujuran yang menyakitkan ini, tidak Cuma menyakitkan tapi juga meremukkan jiwa. Namun lagi lagi aku tetap berusaha untuk tidak meneteskan air mata karena aku tak ingin tampak lemah dihadapannya.
          Sungguh aku benar benar tidak pernah menginginkan kisah kami berakhir seperti ini. Dulu, saat memulai hubungan ini aku berharap segalanya akan berakhir indah hingga kelak kami dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Tapi agaknya impianku terlalu muluk untuk ukuran mimpi gadis belia yang masih duduk dibangku SMA. Susah payah aku meyakinkan hatiku untuk menerima dan menjalani hubungan ini tapi ternyata begini jadinya. Saat aku bisa jatuh cinta lagi dan bisa percaya lagi pada sosok yang namanya laki laki tapi semuanya berakhir menyakitkan bagiku. Aku yang kecewa berat dengan pernyataan kak Surya hanya bisa terdiam meratapi mimpi mimpi yang hancur. Aku ingin marah, ingin teriak, ingin lari sejauh jauhnya dari hadapannya, ingin menangis sejadi jadinya. Tapi apa daya aku masih dalam tugas dan berada dalam suatu acara formal yang banyak orang sehingga aku masih cukup waras untuk tidak melakukan hal hal konyol yang nantinya akan mempermalukan diriku sendiri
          Kak Surya yang juga tahu kalau aku kesal dan marah padanya juga hanya terdiam membisu. Dia juga tahu bahwa dia sudah mengecewakan aku. Dia tertunduk lesu Merasa bahwa kesalahannya tak layak dimaafkan.
          Aku yang sangat butuh pelampiasan kekesalan hanya bisa melampiaskan pada sebuah lampu senter yang aku pegang. Kalau aku dah gak waras mungkin senter yang aku pegang sudah mendarat di pipi kak Surya. Senter yang kupegang hanya bisa kumainkan mati..nyala..mati..nyala..mati..nyala sampe aku capek sendiri memainkannya dan sambil meremas remas ujung baju untuk melampiaskan kekesalanku yang sudah gatel pengen ngamuk orang dihadapanku yang sudah bikin suasana hatiku kelabu, namun sisi hatiku yang lain aku tidak ingin menyakitinya karena aku menyayanginya. Sayang???apakah masih pantas orang itu aku sayangi? Aku merasakan sayang dan benci dalam waktu yang bersamaan dan ini sungguh sungguh menyiksaku. Mungkin karena rasa sayangku masih jauh lebih besar dari amarahku sehingga aku berhasil menahan amarahku.
          Dunia seakan berhenti berputar dalam suasana yang tidak mengenakkan, canggung, kaku dan rasanya kami berada di dunia kami masing masing walaupun secara fisik kami duduk berhadapan. Pikiranku mengembara kemana mana. Impian indahku telah tersapu badai dalam sekejap lenyap. Aku lemah…butuh bahu untuk bersandar dan menangis.
“Dek, aku tau adek pasti sangat marah padaku, pasti sangat kecewa padaku dan aku sadar sepenuhnya bahwa kesalahanku memang tidak termaafkan. Aku bisa merasakan kekesalanmu. Kalau Riri ingin melampiaskan kemarahanmu jangan lampiaskan pada orang lain, hal lain atau benda lain. Lampiaskan padaku karena aku yang telah membuatmu begini. Adek mau berbuat apapun kepadaku aku akan terima, memukulku, menampatku, atau apapun itu aku siap. Setidaknya bisa melegakanmu, mengurangi kekesalanmu.”
Aku masih diam enggan menanggapi kata katanya
“ Kalau adek pengen melampiaskan rasa marahmu, aku pengen adek tampar aku didepan umum, didepan teman teman biar adek lega. Aku rela ditampar didepan umum, dipermalukan didepan umum karena aku merasa bahwa sakit yang aku rasakan tidak sebanding dengan rasa sakit yang kau rasakan. Karena rasa sakitmu jauh lebih berharga ketimbang rasa malu dan harga diriku. Aku salah, aku juga tidak ingin berada dalam situasi ini. Ini juga menyakitkan untukku karena aku sangat menyayangimu namun aku malah melukaimu. Dek, bicara dong de. Jawab kakak..”
“Baiklah kalau memang itu maunya kak Surya”
“Iya, lebih baik adek melampiaskan kekesalanmu padaku daripada aku cuma didiamkan seperti ini"
          Pagi pagi saat para panitia, teman teman dan senior alumni sedang berkumpul dam acara pelantikan bantara junior kak surya dengan tegas mengatakan rencananya tadi malam dengan lantang
“Riri sini sebentar deh..Katanya semalam ada yang pengen nampar aku, ayo mana sini sini tangannya” sambil menarik tanganku mendekat kehadapannya. Aku gak percaya kalau bakalan se serius ini. Aku menganggap bahwa tawaran tadi malam itu hanyalah gurauan, hanya omong kosong. Aku malah yang jadi kaget sendiri kenapa harus melakukan hal ini kepada orang yang amat sangat kusayangi ddan kulakukan dihadapan banyak orang. Is this real??? Batinku masih tak percaya
“Silahkan yang kanan dulu ya” kak Surya menawarkan diri
“Beneran nih kakak nawarin aku?”
“Beneran dong, namparnya dari hati ya. Aku merem dulu. Ni udah siap” katanya pasrah
Aku ragu antara iya dan tidak, antara tega dan gak tega
Plakkkkk…tanganku mendarat dipipi kanannya dengan sukses meninggalkan bekas merah dipipinya.
“Yang kiri belum dek” kak Surya menatapku sambil meyakinkan aku untuk melakukannya. Menawarkan lagi pipi kirinya dan aku masih tak habis pikir dengan jalan pikiran kak Surya
“Siahup ya, dan gak boleh nyesel lho kalo udah nyuruh aku” aku masih mencoba bersikap biasa dihadapan teman temanku karena aku tidak ingin teman temanku tau apa yang terjadi semalam. Aku masih tersenyum seolah olah acara tampar menampar itu hanya lucu lucuan, hanya bercandaan.
“Oke, merem lagi coba”
Plakkkkk.. pipi kirinya berubah merah. Kak surya sampe bilang kalu telinganya sampe berdenging dengan tamparanku. Teman temanku dan teman teman kak surya yang tidak tahu alasan dan latar belakang acara tampar menampar itu malah jadi tertawa terbahak bahak . dianggap lucu. Padahal mereka tidak tahu bagaimana isi dalam hatiku.. REMUK…dah jadi serpihan serpihan kecil yang akan terbang tersapu angin.
“Ade’ nanti pulang sama aku”
“Gak usah nanti aku pulang sama Nia aja”
“Kakak tunggu didepan ya”
          Ini orang aneh banget sih…udah ditampar didepan umum malah masih pengen nganterin pulang. Dan aku juga aneh, udah disakitin malah masih mau dianterin pulang. Mau ditolak gimana lha wong kak Surya nungguin aku pulang kok. Nia sahabat yang sangat mengerti aku memintaku untuk pulang bersama kak Surya, setidaknya ini untuk yang terakhir kalinya. Lagipula nanti aku juga akan menyampaikan sesuatu yang belum sempat kusampaikan semalam. Mungkin bisa aku sampaikan saat perjalanan pulang
“ Kak, terimakasih sudah menungguku pulan, terimaksih untuk semuanya. Sudah mengajarkanku artinya menyayangi dan kehilangan. Sudah mengajarkan padaku artinya rasa sakit. Aku butuh waktu untuk sendiri dulu kak. Tolong kakak tidak usah jemput jemput aku lagi, gak perlu hubungin aku lagi, gak usah email aku, telpon aku, suratin aku. Intinya tidak perlu hubungin aku lagi. Aku butuh waktu untuk sendiri dulu.”
“Iya…aku hargai keputusan dan keinginanmu, tapi tolong adek jangan musuhin aku”
“Aku tidak akan memusuhimu, aku hanya butuh waktu untuk sendiri, menyembuhkan semua ini. Aku janji saat aku sembuh dari rasa sakit ini dan aku sudah siap untuk membuka lembaran baru lagi sebagai teman aku akan beritahu. Tapi aku sendiri tidak tahu aku butuh waktu berapa lama untuk menyembuhkan ini semua dan menetralkan perasaanku. Bisa aja sebuklan, setahun, bahkan mungkin seumur hidupku”
“Hubungi kakak lagi kalau adek sudah bisa menerima kakak lagi sebagai teman. Karena aku sangat berharap kita tetap bisa berhubungan baik, aku gak ingin kehilanganmu, aku saying padamu. Kita kenal baik baik dan ingin tetap bisa baik baik”
“Iya, terimakasih sudah mengantarku pulang”
“Dah Riri, Im gonna miss you so bad”
          Dan semua sandiwarakupun berakhir ketika aku menginjakkan kakiku dirumah. Tempat ternyaman dan yang membuat aku menjadi diriku sendiri tanpa kepura puraan. Sampai dirumah aku langsung mandi keramas, ganti baju, masuk kamar ke
Mudian menangis sesenggukan diatas bantal. Aku menumpahkan semuanya dikamar, menumpahkan segala duka lara, kekesalan dan kesedihan. Terisak isak sendirian hingga bantalku basah. Mama yang mengetahui gelagatku tidak seperti biasanya dan terlihat murung langsung menghampiriku
“Kenapa sayang?” Tanya mama denga lembut
“Kak Surya ma, …” isakku terbata bata
“Kak surya kenapa sayang?”
“Kak surya punya cewek lain” tangiskupun pecah, meledak sejadi jadinya dalam dekapan mama. Bahu ternyaman dan terhangat untuk menumpahkan isi hatiku. Kupun menceritakan kronologis kejadiannya seperti yang terjadi sebenarnya. Menceritakan kembali tentang kak Rahma mau gak mau bikin aku tambah sedih. Aku menceritakan pada mama dan alasan kenapa dia harus bersama kak rahma
“Sudah…gak usah menangisi lagi, mungkin kak Surya sosok yang tidak tepat untukmu. Karena dia tidak memperjuangkanmu, sekarang yang terpenting bagi Riri adalah menyelesaikan studymu dengan baik, kuliah, bertemu dengan lingkungan baru, teman teman baru yang akan membantumu melupakan sakitnya patah hati”
“Pesan papa, janganlah sekali kali anak papa mempermainkan laki laki, tapi papa juga tidak ingin anak papa dipermainkan oleh lelaki” Papa ternyata dari tadi mendengarkan obrolanku dengan mama dan tiba tiba masuk kekamarku sambil mengatakan hal itu. “Papa tidak ingin anak perempuan papa jadi sosok yang lemah, yang gampang rapuh hanya gara gara putus cinta. Jadikan ini sebagai pelajaran hidup yang akan kamu ingat ingat sampai nanti, bahwa kadangkala cerita hidup kita tidak berjalan seperti apa yang kita inginkan. Namun Riri harus percaya bahwa semua ini berjalan atas kehendak Allah, dan itulah yang terbaik. Mungkin saat ini Riri tau bahwa ternyata kak Surya tidak benar benar menyayangimu. Harusnya kalau kak Suryamu itu benar benar mencintaimu dia bakalan jujur padamu sebelum dia memutuskan untuk meninggalkanmu dengan orang lain, bukan malah setelah jadian sama orang lain. Itu bisa Riri jadikan pegangan. Papa juga tidak akan meyalahkan Surya mengapa dia mengambil keputusan seperti itu karena kita tidak tau dilemma apa yang dihadapinya saat mengambil keputusan itu. Jangan menilai seseorang hanya dari yang kamu lihat dan yang separuh kamu dengar. Karena kadangkala yang kita persangkakan bisa salah. Riri paham maksud papa nak?”
“Iya pa, terimakasih papa sudah membuka mata hati Riri”
“Sebagai seorang ayah, sesungguhnya papa sangat tidak rela kalau anak perempuan papa satu satunya disakiti oleh orang lain sampai nangis nangis seperti ini, tapi papa juga tidak ingin memintamu untuk memusuhi kak Surya. Mencari teman baik itu sulit, mencari musuh itu mudah. Apa yang kalian mulai dengan baik baik selesaikanlah dengan baik baik” papa mengakhiri nasehatnya sambil mengelus kepalaku. Aku sungguh sungguh beruntung mempunyai orangtua seperti mereka yang sangat mengerti aku, menyayangiku dan melindungiku. Tiada tempat ternyaman selain rumah yang selalu aku rindukan suasana kebersamaannya. Aku punya supporter yang handal,yang menyemangatiku dikala aku rapuh, disaat aku sedih, kecewa dan terluka. You are the best ever mom, dad… Thank you for supporting me.
          Beberapa bulan pasca berakhirnya hubunganku dengan kak Surya aku sudah bisa menata hatiku lagi. Mungkin karena aku sama sekali tidak berhubungan, tidak bertemu, tidak mendengar kabarnyalah yang membuat aku bisa melanjutkan hidup. MOVE ON… satu kata, enam huruf, mudah diucapkan tapi sangat sulit direalisasikan. Butuh perjuangan hingga aku bisa sampai pada titik ini. Aku menganggap everything runs well hingga suatu hari teman sekelasku Wulan berkata kepadaku
“Ri, tadi malam kak Surya kerumahku loh, dia menitipkan ini untukmu” Wulan menyerahkan bungkusan kecil bersampul merah muda warna kesukaanku dan berhias pita kuning. Setelah aku buka bungkusan itu ternyata buku harianku, buku yang saat kami mengakhiri kisah kami buku itu masih dibawa kak Surya
“Makasih ya Wulan”
“Sama sama Ri… Ri, aku boleh mengatakan sesuatu padamu?”
“iya, ada apa?”
“Kak Surya titip salam untukmu, dia kangen sama kamu Ri, karena udah gak boleh telpon kamu lagi, gak boleh email kamu, gak boleh ketemu kamu. Sampai sampai kak Surya bela belain diam diam datang kesekolah atau menunggumu pulang sekolah untuk melihatmu dari jauh hanya demi untuk bisa melihatmu”
“Ah gombal banget” Dan air matakupun tanpa terasa kembali menetes
“Maaf Ri, bukan maksudku membuatmu kembali terluka. Aku Cuma mau menyampaikan kalau kak Surya juga merasakan hal yang sama denganmu”
“Iya gak papa, terimakasih ya infonya ya.. Tapi bukankah kak Surya sudah bahagia dengan pilihannya, dia sudah lebih memilih kak Rahma ngapain juga masih mengurusi hidupku, masih peduli padaku. Hanya nambah nyakitin aku”Jawabku sambil menyeka air mata dengan tissue sebelum teman teman dikelas banyak yang melihatku menagis
“Wulan besok lagi plis deh gak usah ungkit ungkit lagi masalah kak Surya pada Riri” Nia malah yang jadi sewot sama Wulan gara gara melihatku menangis.
“Sudah sudah, bukan Wulan yang salah kok. Dia Cuma menyampaikan amanah dari kak Surya untuk ngembaliin bukuku”aku mencoba menengahi
“Tapi aku Cuma gak ingin kak Surya bikin kamu nagis lagi say”
“Iya Nia, aku tau itu. Kamu memang yang paling mengerti aku”
          Saat tiba dirumah aku membuka buka lagi buku diaryku yang tadi pagi dikembalikan kak Surya lewat Wulan, kubuka buka lagi lembar demi lembar cerita yang menghiasi buku itu. Cerita cerita indah yang kini hanya tinggal kenangan hingga aku menemukan tulisan tangan kak Surya dilembar lembar terakhir buku diaryku. Air mataku kembali berderai membaca tulisan tangannya. Aku bisa merasakan dilema yang dihadapinya saat mengambil keputusan itu. Terjawab sudah semuanya. Dan aku tau bahwa dia sungguh sungguh. Walaupun terkadang logikaku masih suka meragukan perasaannya, tapi hatiku memilih untuk percaya. Aku percaya hatiku. Kalau semua teman temanku menganggap bahwa kak Surya cowok yang gak bener, cowok yang brengsek karena sudah tega mengkhianati aku dengan memilih orang lain dibelakangku dan masih saja memberikan harapan harapan semu dengan tetap memperhatikanku dari jauh. Teman temanku sungguh malah yang merasa lebih kecewa padanya dan menganggapku sebagai stupid girl yang mudah dibohongi, yang gampang percaya dengan kata katanya yang manis tapi berbisa (menurut teman temanku sih begitu)
          Mungkin aku memang bodoh, mau saja mudah percaya pada semua kata katanya, pada semua alasannya, pada apapun yang dia lakukan tanpa sepengetahuanku. Jujur, sebenarnya aku masih sangat menyayanginya dari lubuk hatiku yang paling dalam, terlepas dari hal hal menyakitkan yang telah ia lakukan kepadaku. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku memang tidak bisa membencinya walau telah dikecewakan. Rasa sayang itu masih ada, rindu ini juga masih ada, cinta inipun masih berada ditempatnya. Tapi aku tidak ingin hidup dalam impian impian kosongyang bisa membunuhku secara perlahan. Semakin aku tau tentangnya semakin aku tak bisa lari darinya. Benar benar bagai makan buah simalakama.
          Dia mungkin bukanlah cinta pertamaku tapi mungkin bagiku dia adalah cinta terdalamku. Belum pernah aku mencintai orang lain seperti aku mencintainya, bahkan dengan Andre sekalipun rasanya tidak seperti ini. Saat tau Andre jadian sama orang lain rasanya tidak sesakit saat aku tau kak Surya jadian dengan kak Rahma. Mungkin dengan Andre dulu aku Cuma cinta monyet. Aku masih sering menangis bukan karena aku masih sakit hati terhadap perlakuan menyakitkan yang aku terima dengan dikhianati. Tapi aku mennangis karena hatiku selalu berperang. Sisi hatiku berbicara kalau kak Surya benar benar mencintaiku, menyayangiku dengan setulus hatinya, bahwa dia menjalani hubungannya dengan terpaksa demi alasan kemanusiaan, tapi sisi hatiku yang lain menyangkalnya, menyangkal bahwa yang kakSurya lakukan hanyalah pembenaran atas kebohongannya. Bahwa dia tidak benar benar menyayangiku, bahwa dia hanya mempermainkanku, hanya sandiwara picisan…
          Bodoh, aku memang sungguh bodoh kalau aku bisa percaya kata katanya. Mataku mungkin memang terlalu buta untuk bisa melihat realita yang ada dihadapanku, telingaku terlalu tuli untuk bisa mendengar suara suara sumbang tentangnya. Tentang kabar burung yang mengatakan bahwa dia bukanlah yang terbaik untukku karena alasan alasan tertentu yang tidak aku mengerti… Hidupku berubah drastis. Aku tidak sama lagi dengan yang dulu. Cara pandangku terhadap kehidupanpun berubah.
          Suatu hari sekolah mengumumkan bahwa selepas  ujian untuk menunggu jeda pengumuman aka nada presentasi dari para alumni sekolah yang bertema PENGENALAN KAMPUS. Aku taunya kami akan dikumpulkan di aula sekolah saat acara itu berlangsung, ternyata kami tetap berada dikelas kami dan alumni masuk di kelas dengan bergiliran. Yang sungguh sungguh tidak aku sangka adalah bahwa yang masuk dikelasku adalah kak Surya dan salah satu teman seangkatannya yang belakangan aku tau namanya adalah kak Suci. Aku benar benar kaget karena itu pertama kalinya aku bertemu kak Surya pasca kami putus hubungan dan tidak pernah berkomunikasi lagi. Pertemuan mendadak itu membuatku tidak nyaman, karena aku tidak pernah menginginkan pertemuan ini, pertemuan mendadak ini. Selama kak Surya dan kak Suci presentasi didepan aku sama sekali tidak memperhatikan, pikiranku mengembara entah kemana, bahkan aku tidak berani hanya sekedar untuk menatapnya. Aku pura pura sibuk sendiri dengan menulis nulis diatas kertas seolah olah mencatat apa yang disampaikan mereka padahal aku asyik dengan duniaku sendiri, dengan khayalanku sendiri.
          Teman temanku yang tahu bahwa yang presentasi didepan kelas adalah orang yang pernah berarti untukku meledekiku habis habisan. Aku menanggapi dengan senyuman padahal hatiku rasanya berserakan atas pertemuan tak terduga ini. Sulit kulukiskan bagaimana rasanya. Kalian pasti tau rasanya saat dua orang yang saling mencintai (ntah saling mencintai atau hanya aku sendiri yang cinta) dipertemukan sedangkan keduanya juga menyadari bahwa mereka tidak akan pernah bersatu. Can you imagine that??? Itulah rasaku saat itu. Rasa percampuran antara seneng karena sudah lam tak berjumpa dengannya, rindu mendengar suaranya, tapi takut berada didekatnya. Takut bahwa aku tak bisa mengendalikan perasaanku, takut perasaanku kembali berserakan setelah puing puingnya dengan susah payah aku susun kembali.
          Aku mulai bosan dengan situasi ini, tidak nyaman berada satu tempat dengan kak Surya. Ingin segera keluar dari situasi yang tidak mengenakkan ini.
“Presentasinya kok lama banget sih ini” bisikku pada Nia teman sebangkuku dikelas
“Kenapa Ri? Kan malah enak kamu bisa lebih lama mandangin kak Surya” Nia meledekku sambil tertawa kecil
“Ih…Nia gitu deh…” aku menjawab gurauannya dengan cemberut
          Sahabatku yang satu ini memang sungguh sungguh tau bagaimana isi hatiku, karena dialah yang selam ini mendampingiku dalam masa masa terburuk dan terberatku. Dialah yang tau bagaimana hitam putih dan kelabunya kisah cintaku. Dia yang selalu mensupportku dalam kondisi apapun. Aku tidak bisa melukiskan bagaimana aku merasa sangat beruntung memiliki sahabat sepertinya. The best I’ve ever had seperti judul lagunya Vertical Horizon aja J. Kami sama sama saling menguatkan saat kami lemah dan punya masalah.
“Terimakasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyampaikan hal hal yang berhubungan dengan dunia kampus, dunia yang sebentar lagi akan kalian masuki. Jika masih ada yang belum jelas akan saya berikan waktu untuk sesi Tanya jawab sekali lagi.
“Ini kak, Riana mau menanyakan sesuatu tapi malu”teman temanku pada nunjuk nunjuk aku yang dari tadi Cuma diam. Aku yang tidak merasa ingin menanyakan sesuatu jadi geragapan dan salah tingkah sendiri
“Iya, gimana de’ ada pertanyaan apa?”kak Surya mencoba tetap ttenang walaupun dia juga tau bahwa teman temanku hanya mengerjaiku
“Enggak kok kak. Sudah jelas semuanya”
“Jelas apa Ri? Jelas jelas cinta ya?” tiba tiba si Andi teman sekelasku yang super jail nyeletuk diikuti gemuruh tawa teman teman sekelasku
“Cieeeeeeeee…..” seketika kelasku gaduh karena hal itu. Ku tersenyum walaupun dalam hati agak dongkol juga dengan kelakuan Andi yang bikin aku malu. Rasanya pengen aku jitak tu anak.
“Ya sudah jika sudah jelassemuanya, terimakasih banyak ya adik adik kalau penjelasan kakak sudah bisa diterima dengan baik. Kakak cukupkan sekian Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh”
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh”
          Akhirnya kelaspun usai, kami para siswa kelas 3 yang habis dapat presentasi berhamburan keluar kelas. Kak surya yang masih ngeberesin laptopnya tiba tiba berkata kepadaku ketika aku hendak keluar kelas bersama Nia
“De’ pulangnya nanti bareng sama kakak ya”
“Emmm, gak usah kak terimakasih, aku ada perlu sama Nia sepulang sekolah ini” jawabku berbohong. Padahal aku tidak ada acara apa apa setelah ini, hanya alasanku saja untuk menghindari diantar pulang kak Surya walaupun sebenarnya rumah kami searah.
“Oh, ya sudah kalau gitu” ada nada kecewa dalam ucapannya.
“Dah kak Surya, kami duluan ya…” Nia ber say goodbye pada kak Surya
“Oke oke…hatihati dijalan ya kalian berdua, take care.. Nitip Riri ya Nia”
“Beres kak”
          Apa coba maksud kak Surya bilang kaya gitu. Please deh kak, stop ngasih perhatian perhatian semu itu kepadaku. Semua sudah berubah sekarang, situasinya sudah tidak lagi seperti dulu. Jangan biarkan aku terus menerus hidup dialam mimpiku, nanti aku susah bangun. Jeritku dalam hati.
          Menjelang tidur malam aku malah jadi inget pertemuan tadi siang disekolah, inget senyumnya, inget wajahnya, inget lagi suaranya. Ya Allah aku tidak ma uterus terusan seperti ini. Jujur memang aku tidak bisa membencinya, tidak bisa marah padanya, karea aku sangat menyayanginya. Aku justru malah tersiksa sendiri jika harus berkata ketus padanya, dengan sengaja menjauhinya. Kenapa bisa seperti ini sih perasaanku. Aku hanya bolak balik dikasur tidak bisa memejamkan mata, tengkurap, miring, rebahan….Dimana mana kok yang muncul bayangan kak Surya terus. Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….agaknya aku sudah tidak waras lagi.
          Aku tidak bisa tidur, yang bisa kulakukan kalau lagi gak bisa tidur biasanya curhat lewat buku harianku, menuliskan segala keluh kesahku yang siapa tau suatu saat
 Kisah cintaku bisa aku jadikan novel. Hmmmm keinginan yang terlalu muluk. Sejak SD aku memang punya kebiasaan menulis di buku diary.kalau saat masih SD yang aku tulis dibuku adalah kisah kisah masa kecil bersama teman teman sekolahku, cerita sehari hari khas anak anak. Walaupun cerita dibuku harianku saat ini juga ttidak jauh dari cerita tentang teman temanku dan perasaanku yang kadang isi buku ini childish banget. Cerita tentang cinta pertamaku, cerita tentang kak Surya dan yang lainnya. Aku masiha akan terus menulis karena konon katanya kebiasaan menulis itu baik untuk otak supaya mencegah kita dari kepikunan dimasa tua. Sebenarnya tujuanku menulis dibuku tuh ya itu, untuk mencegah supaya gak cepat pikun, supaya aku masih bisa mengenang cerita masa laluku disaat aku sudah lanjut usia dan memberikan pelajaran hidup yang berharga bagi anak cucuku kelak.
          Kadang kadang hal hal dramatis dan menyedihkan yang saat kita mengalaminya bisa menilis di buku harian sambil menangis berdarah darah justru saat masa masa itu sudah berlalu dan kita membaca lagi kisah itu di buku harian justru kita bisa membaca sambil menyunggingkan senyum. Aku yakin dengan pasti bahwa suatu saat ada masanya dimana kami (aku dan kak Surya) bisa bercerita cerita lagi tentang kisah cinta lama ini sambil menyunggingkan senyuman karena sudah tidak ada lagi duka, lara, sakit hati dan dendam. Aku selalu berkeinginan dalam hatiku bahwa dengan siapapun aku tetap bisa berhubungan baik, walaupun itu dengan mantan sekalipun. Karena bagaimanapun yang namanya mantan itu adalah orang yang pernah berarti untuk kita, orang yang pernah kita sayangi dengan setulus hati, dan orang yang telah mengajarka kita bagaimana rasanya mencintai, dicintai dan dikecewakan. Kita bisa banyak belajar darinya asalkan kita memandang segala sesuatu dari sudutpandang yang baik. Bagaimanapun, mantan juga orang yang pernah mengisi hari hari kita dan yang namanya sering kita sebut dalam doa doa kita.
          Aku selalu berharap bahwa aku tetap bisa berhubungan baik, seperti yang dinasehatkan papaku. Bahwa  gak akan baik bermusuhan dengan orang lain meskipun orang itu pernah menyakiti kita. Jangan membalas keburuka dengan keburukan. Jadilah seperti pohon yang dilempar batu namun membalasnya dengan menjatuhkan buah. Aku ingin bisa merealisasika apa yang papa harapkan dari aku, bahwa sebagai anak perempuan satu satuanya aku menjadi wanita yang kuat, yang berhati besar dan tidak membenci orang orang yang menyakiti kita.Termasuk kepadayang namanya mantan… tapi agaknya yang aku harapkan dan aku inginkan ini mungkin masih dalam taraf harapan dan keinginan karena nyatanya aku belum bisa untuk berdamai dengan masa laluku, aku masih menghindarinya demi menghindari rasa sakit itu. Jujur aku belum bisa mempraktekkan nasehat papa. Kaetemu kak Surya aja aku masih canggung, masih enggan berbicara padanya, masih berusaha untuk menghindarinya sejauh mungkin. itu kan sama aja aku belum bisa MOVE ON..six letters easy to say but really hard to do itu tadi. Teorinya sih pengeeen, prakteknya yang susah.
          Aku memang belum bisa move on darinya, LOVING IS NOT ALWAYS BELONGING..Cinta itu tak selalu harus memiliki. Aku mencintai dan menyayanginya tulus, bahkan tidak berharap untuk dicintai balik. Hanya selalu berharap dan selalu mendoakan bahwa ia bahagia dengan pilihannya. saat kegalauan melanda aku masih punya Allah tempatku berkeluh kesah karena ku percaya bahwa takada sehelai daun yang jatuh tanpa kuasanya makanya aku percaya bahwa aka nada hikmah dari semua kepedihan ini,aku masih punya orangtua yang selalu mendukungku dan punya sahabat sahabat yang peduli dan sayang padaku. Menangis, meratap, mengeluh itu memang bagian dari proses yang harus aku lalui. Aku berserah pdaMu ya Allah atas segala yang terjadi pada hidupku. Allahlah yang maha tau segalanya karena ialah sang penulis sekenario hidup yang Maha Adil. Walaupun jika aku mati matian berharap kak Surya kelak menjadi pendamping hidupku namun jika Allah tidak menuliskannya begitu maka semua itu tidak akan terwujud, sampai kapanpun tidak akan pernah kumiliki. Namun jika kak Surya adalah takdirku, maka suatu saat pasti Allah akan mempertemukian kami dalam ikattan yang lebih indah. Healing crysis kupun berlalu. Memang butuh waktu sampai aku benar benar bisa mengatakan bahwa AKU BAIK BAIK SAJA. Hingga akhir masa sekolahku berlalu aku sudah bisa menatap masa depan tanpa bayang bayang kak Surya. Bismillah…kan kutapaki hari esok yang lebih indah…. Aamiin…                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar