Selasa, 23 Juni 2015

CHAPTER THREE THE UNTOLD STORY OF RIRI



CHAPTER THREE
^LOVE VS FRIENDSHIP^

Pagi ini masih gelap, karena masih jam 3 pagi namun keluarga kami semua sudah bangun. Hari libur yang sibuk karena dini hari ini kami sekeluarga akan menghabiskan waktu seharian di pantai.Hari minggu ini papa mengajak kami semua berlibur ke pantai yang berada di wilayah Wonosari Gunung Kidul. Kalau urusan mau bepergian ke pantai aja si kembar paling semangat. Pagi pagi sekali dia dah bangun tanpa disuruh, mengemasi barang bawaan mereka dan memasukkan kedalam mobil. Bisa diandalkan juga tuh ternyata mereka. Mama dah nyiapin bekal untuk sarapan nanti buat jaga jaga kalau mendadak ada yang laper dijalan. Mama memang selalu tau apa kebutuhan anak anaknya. Agak jarang jarang sih sebenarnya kami bisa menikmati waktu luang dengan formasi lengkap sekeluarga. Adik kembarku Yoga dan Yogi yang juga sedang sibuk menjalani studinya di SMP dan aku yang juga barusaja memulai hari hariku berseragam putih abu abu dengan segala rutinitasnya tak ayal membuat hari libur bersama keluarga terasa menyenangkan. Dan pantai adalah tempat favorit kami ketika berlibur. Entah mengapa keluarga kami terutama aku sangat suka dengan pantai. Walau berkali kali mengunjungipun rasanya tak pernah bosan melihat air laut dengan ombaknya yang seakan menari nari seiring hembuasan angin. Papaku selalu tau bagaimana menyenangkan anak anaknya. Luv you pa..Kami selalu berangkat pagi pagi sekali kalau ke pantai karena jalanan tidak macet dan supaya bisa menikmati suasana pagi di pantai tujuan kami. Selain jika pagi hari dipantai pengunjungnya masih sepi, alasan lain adalah supaya tidak terlalu panas. Makanya papa selalu mengakjak kami berangkat pagi pagi, mengingat jarak Magelang bisa ditempuh 2 jam lebih sedikit kalau gak macet. Jadi kami sholat subuh di perjalanan atau bahkan mungkin bisa sholat dipinggir pantai kalau tiba tepat diwaktu subuh. Tapi lebih seringnya sih sholat diperjalanan. Berhubung berangkatnya pagi pagi pagi pagi buta maka acara dimobil adalah melanjutkan tidur. Cuma mama dan papa  aja yang ngobrol berdua. Kami para anak sibuk dialam mimpi masing masing. Sebenernya kasian sih papa terus yang nyetir walaupun kalo sedang bepergian keluar kota yang jauh banget kadang gantian sama mama nyetirnya.
          Sesampainya dipantai kami langsung girang kaya anak kecil dikasih permen. Benar benar lupa sama umur. Membuat sand castle dalah acara wajib kalau pengunjung pantai masih sepi, sambil menikmati sinar matahari yang hangat. Adikku yang dari rumah sudah heboh segera berlari menuju gulungan ombak. Papa dan mama duduk ditepi pantai, menggelar makanan yang kami bawa dari rumah sambil sesekali papa mengabadikan kelakuan kami dengan bidikan kameranya. Setelah puas bermain ombak dan pasir kami menyewa perahu motor untuk mencari spot menarik dengan ombak yang tidak terlalu besar untuk berenang dilaut. Tau nggak, sensasi berenang dilaut itu bikin memacu adrenalin, karena kadang suka kepikiran juga kalau tiba tiba ada hiu nongol nggigit kaki kami. Hihihi…
          Hal hal sederhana, murah meriah yang tak mengeluarkan budget yang nguras kantong seperti inilah yang membuat keluarga kami selalu rukun dan harmonis. Sejak awal, konsep bahagia dalam kesederhanaan yang papa tanamkan pada kami akan kami ingat sampai kapanpun.
          Suasana sudah semakin panas, tandanya sudah harus mengakhiri kegiatan snorkeling dan berenang dilaut kalau tidak ingin kulit menjadi gosong. Aku yang mengimbangi acara berenangnya si kembar udah ngos ngosan dan lebih memilih naik ke perahu. Sampai dipantai kami langsung mandi bilas ngilangin pasir pasir yang pada nempel di badan. Acara selanjutnya ya apalagi kalo bukan makan siang. Habis berenang terasa kaya mau ngabisin nasi satu bakul karena laparnya minta ampuuun. Yoga dan Yogi langsung deh beraksi setelah ikan bakar, kepiting asam manis dan udang goreng pesanan kami datang Mama sama papa sama papa sampai geleng geleng kepala sambil tersenyum liat kelakuan adik adikku
“Pelan pelan Yogi makannya, gak bakalan ada yang ngrebut” kata mama mengingatkan adikku yang mulai kalap heheheheh….
“Laper banget ma abisnya..” jawab Yogi dengan polosnya
Kami semua tertawa melihat tingkahnya yang sibuk mengunyah tanpa lihat kiri kanan. Takut kalo meleng dikit udang sama kepitingnya abis.
          Acara pulang dari pantai kami mampir toko oleh oleh. Karena kalau ke jogja aku selalu suka dengan bakpia keju dan coklat. Malah sekarang ada varian baru bakpia isi edamame. Industry bakpia di Jogjakarta memang gak ada matinya. Segala varian dikembangkan demi tercipta rasa yang akan selalu dirindukan para penikmatnya. Jogja memang istimewa.
          Family day… Coz family comes first. Keluarga adalah harta yang paling berharga yang tak akan tergantikan oleh apapun bahkan oleh uang sekalipun. Puas ngeborong bakpia untuk oleh oleh tetangga kiri kanan kamipun bergegas pulang karena esok hari kami sudah mulai kembali menggeluti aktifitas seperti biasa yaitu belajar belajar dan belajar. Namanya juga pelajar ya harus belajar dengan sungguh sungguh karena waktu muda harus dimanfaatkan dengan sebaik baiknya supaya kita tidak menyesal dimasa tua nanti.
          Perjalanan pulang terasa lebih cepat dari perjalanan saat kami berangkat. Ujug ujug udah sampai rumah. Kami tiba sehabis ashar, menurunkan barang barang dari mobil lalu memasukkan baju baju basah kami masing masing ke mesin cuci supaya nanti segera bisa dicuci. Maklum kami kan keluarga kecil tanpa asisten rumah tangga, jadi sebagai anak tertua, apalagi perempuan aku yang bertugas membantu mama mengerjakan tugas rumahtangga. Kalau si kembar tugasnya menyapu dan mengepel dan bantuin papa nyuci mobil. Walaupun laki laki mereka tidak malu mengerjakan tugas rumahtangga karena sudah dibiasakan sejak kecil.
          Habis beberes kami sholat berjamaah bersama, tak lupa setelah sholat kami bertadarus al-qur’an sambil menunggu saat kumandang adzan isya’ barulah kami menunaikan sholat isya’ dan belajar. Seperti itu setiap hari, memang terkesan agak monoton sih sebenernya tapi fleksibel juga kok. Kami bisa merubah daily routine kami yang penting kami bisa bertanggungjawab terhadap diri kami masing masing. Hingga takterasa kenaikan kelaspun sudah dekat. Rutinitas yang kami lakukan sehari hari disekolah membuat kami tak terasa sudah hampir berada di penghujung tahun ajaran
          Pagi pagi disekolah tiba tiba aku dipanggil teman sekelasku yang bernama Ramadhania Ariana yang biasa dipanggil Nia. Namanya Ramadhania mungkin karena dia lahirnya bertepatan dengan bulan ramadhan..
“Ri, nih ada formulir pendataan bagi siswa siswa yang berminat ikut seleksi Pasukan Inti Pramuka ni” kata Nia sambil menyodorkan sebuah formulir pendaftaran calon Pasukan Inti Pramuka
“ Oh…iya makasih. Kamu ikut seleksi juga Ni?” tanyaku berharap ada teman sekelas yang berminat ikutan seleksi
“ Pengennya sih gitu, iseng iseng buat nambah pengalaman berorganisasi lah. Masa’ kita di SMA gak ikut apa apa, gak seru aja kayaknya kalo sekolah cuma belajar aja. Kamu ikutan juga ya Ri, tar kita sama sama ngerjain tugasnya kalo pas seleksi”
“ Iya deh aku ikut, trus teman kita siapa lagi ini yang bakalan daftar. Yang lain dah banyak yang jadi pengurus OSIS sih kalo dikelas kita. Pengurus OSIS terbanyak kan darikelas kita”
“Oi temen temen, siapa ni yang mau daftar ikut Pasukan Inti” Nia dengan lantang menanyakan pada teman teman dikelasku yang sebagian lagi pada sibuk copy-paste PR matematikanya milik Alicia.
“ Males ah ikutan pramuka, paling paling ntar cuma suruh lari lari sama panas panasan doang, aku aja pengen segera naik klas dua biar gak wajib pramuka kok malah ditawarin pramuka” jawab Eko dengan lantang. Temenku yang satu itu memang paling anti banget sama yang namanya pramuka. Entah apa yang membuatnya sebel sama kegiatan pramuka. Mungkin karena selama ikut kegiatan pramuka disekolah dia yang paling sering kena hukuman senior karena bandel..... heheheh....
“Kalo yang lain ada gak?”Tanya Nia lagi sambil berharap ada teman kami yang bakalan ikut.
“Aku dah ikut Pecinta alam kok Ni, jadi gak mau nambah ekskul lagi” jawab Tono
“Ya udah deh kalo emang udah gak ada yang berminat berarti cuma aku sama Riri doang nih yang daftar Pasukan Inti”
“ Yoi… selamat deh buat kalian berdua. Kami sih berharap kalo besok besok kalian berdua masuk jadi Pasukan Inti dan jadi bantara sih kami cuma berharap kalian berdua bisa merubah wajah pramuka sekolah kita menjadi lebih menyenangkan. Kalo pramukanya menyenagkan kan adik adik kelas pada semangat tuh ikut kegiatan pramukanya” Wawan menambahkan dengan bijak.
“Makasih ya supportnya, insyaallah We will try our best deh buat memajukan kepramukaan kita”
“Good luck ya Nia and Riri” Henny memberikan dukungan
“ Makasih Hen” jawabku dan nia hamper bersamaan
          Seleksi PI diadakan selama liburan sekolah dan seleksi PI yang akan menjadi bantara dilakukan pada awal awal masuk sekolah di awal semester. Karena aku dan Nia sama sama sudah niat banget ikutan PI buat menambah pengalaman berorganisasi ya kamipun merelakan waktu liburan kami tersita untuk berkegiatan disekolah.
          Persiapan test benar benar kami lakukan dengan baik hingga kamipun mendapatkan hasil yang tidak mengecewakan walaupun aku merasanya harusnya nilaiku bisa lebih dari itu. Liburan dimulai. Waktu yang harusnya bisa kami gunakan untuk bersenang senang dengan kluarga kami gunakan untuk hadir disekolah dalam acara pembekalan calon Pasukan Inti. Selama satu minggu kami benar benar dilatih pengetahuan kepramukaan. Kami diberikan materi tentang sejarah kepanduan, sandi sandi pramuka, leadership, baris berbaris, ketrampilan tali temali, P3K dan ketrampilan survival hidup dialam bebas. Kegiatan teori dan praktek itu dibekalkan kepada kami supaya kalau kelak mewakili sekolah dalam lomba lomba kepramukaan kami mampu bersaing dengan tim dari sekolah lain. Kami banyak dibimbing oleh kakak kakak bantara senior dan para alumni yang tidak pelit dalam menularkan ilmunya. Pada saat test kecakapan, biasannya kami dihadapkan pada para senior kami yang akan menguji kami tentang berbagai materi yang telah diberikan. Aku sebagai PI 4 dapat mentor Kak Aprilia dan pengujinya Kak Surya.
“Duh… kenapa harus kak Surya sih yang jadi pengujiku. Bakalan habis ni aku sama kak Surya” batinku dalam hati. Gak tau kenapa sejak aku di kerjain jaman awal awal Masa Orientasi Pramuka disekolah ini aku jadi agak sebel sama yang namanya kak Surya. Kayaknya dia juga bisa ngerasain kalo aku sebel banget sama dia. Buktinya kali ini sepertinya dia sengaja pengen balas mengujiku habis habisan. Tapi apapun itu aku harus siap ddengan segala resikonya. Karena ujian ini gak main main senior senior penguji pasti bakalan pasang tampang garang untuk menjaga imej mereka.
          Keder juga sih ngadepin senior. Tapi sekali lagi Show must go on…. Jangan sampai hanya gara gara pengujinya kak Surya aku jadi mundur. Dah kepalang basah juga terjun di kepramukaan, kalo mundur sekarang APA KATA DUNIA????
“ PI menghadap ke penguji masing masing” teriak kak Yanuar mengumumkan bahwa sesi pengujian dimulai.
Kami semua membawa perlengkapan kepramukaan yang seabreg abreg.
“Lapor PI 4 siap menghadap” kataku saat berasa didepan kak Surya jantungku mau copot takut salah saat nanti diuji
“Laporan saya terima, PI 4 silahkan tunjukkan dan peragakan macam macam simpul yang kamu ketahui”
“Siap laksanakan” akupun segera meempraktekkan ketrampilan yang sudah aku pelajari dari senior pembimbingku yaitu kak Aprilia. Berbagai macam ikatan aku peragakan dengan penuh percaya diri. Kak surya mengamatiku dengan cermat.
“ Bagus” pujinya… membuat aku yang tadinya deg degan tidak karuan berangsur angsur tenang. Tapi kan belum berakhir ujiannya. Aku masih diuji dengan keterampilan keterampilan lain yaitu semaphore, sejarah kepramukaan dan sandi sandi yang lain setelah itu aku dihadapkan pada studi kasus dalam hal survival. Ujian semaphoreku agak kacau karena aku agak tidak konsen, kak Surya yang dari tadi sudah bertampang baik tiba tiba berubah agak masam, nyaliku agak menciut. Aku yang salah sih karena posisi tanganku agak terbalik balik. Maklum semaphore adalah sandi yang agak agak kurang aku kuasai.
“ Bagaimana mau jadi bantara kalau semaphorenya kacau begini!”
“ Maaf kak akan saya pelajari lagi”
“Dipersiapkan dengan baik gak sih!!, niat gak kamu menjadi pasukan inti?!!?” suara kak Surya kali ini sudah pakai nada dasar A=do
“ Iya kak, saya bersungguh sungguh”
“Coba ulangi lagi, peragakan kalimat ini dengan semaphore AKU CINTA PRAMUKA”
“Siap..!!!” aku langsung mempraktekkan kalimat itu setelah diberikan waktu jeda 5menit untuk mengingat kembali formasi hurufnya. Aku dengan hati hati dan cermat mempraktekkannya karena takut salah. Finally it’s done.
          Setelah waktu ujian selesai akhirnya diumumkan yang lolos kedalam pasukan inti, beberapa temanku ada yang tidak lolos tidak bisa lagi melanjutkan impian menjadi pasukan inti. Kami akhirnya dilantik menjadi pasukan inti dengan diberikan sematan pita dan pecah kendi. Kalian tau siapa yang menyematkan pita dibajuku??? Lagi lagi kak Surya. Temanku pada mulai kasak kusuk bilang kalu kak Surya suka sama aku tapi aku ngggak merasa seperti itu. Yang kurasakan justru sebaliknya. Aku menganggap dia sebagai senior yang paling sentiment sama aku. Tiap ada acara mengetes PI pasti aku yang kena, setiap ada acara hukum menghukum, aku yang dihadapkan pada kakak senior galak itu. Ih boro boro suka, ketemu sama kak Surya  aja aku rasanya pengennya ngacirrr.
          Sebenernya ada sih teman sesama PI yang suka padaku. Dia sering pulang bareng denganku. Bahkan saking baiknya dia ngebela belain nganterin aku naik angkot sampai aku turun dan dia baru pulang. Karena kadang kadang saat seleksi pulangnya agak malam, habis maghrib baru sampai rumah. Makanya dia ingin memastikan aku sampai rumah dengan selamat dengan mengantarku (padahal sama sama naik angkot) aku sih menganggapnya cuma teman biasa karena aku gak merasa suka sama dia lebih dari teman. Tian Hariza Maulana namanya. Dia sosok yang lucu dengan perawakan agak gemuk, berkacamata dan berambut ikal, dia teman kelas sebelah yang baik hati.
“ Ri, tau nggak sih kamu kalau Tian itu suka sama kamu?” Nia tiba tiba ndeketin aku saat lagi jajan di kantin sekolah
“Emangnya dia beneran suka?” jawabku ragu
“Ya ampun Ri, emang kamu gak bisa ngrasain ya kalo selama ini dia selalu memperhatikanmu?”
“Enggak tuh. Masa iya aku harus merhatiin semua orang yang merhatiin aku” jawabku polos
“Duh payah banget sih Ri, peka dong… Peka” Nia seperti gemas dengan aku yang gak maksud dengan kode kode yang Tian sampaikan padaku.
“ Lha kan aku emang beneran gak tau. Kalo dia suka sama aku ya itu hak dia dong Ni, kan suka sama orang itu gratis’
“Ih Riri suka gitu deh, gak peka. Coba besok besok kamu perhatiin apakah baiknya dia itu sama semua cewek ataukah sama kamu doang”
“Yoi”… ntar aku perhatiin deh
Semenjak sama sama menjadi PI dan masuk bantara aku dan Nia menjadi sangat akrab. Maklum, kebersaman kami selama mengikuti seleksi kepramukaan membuat kami saling mengenal satu sama lain. Tian memang suka padaku, kadang kadang kuperjhatikan kalau dia diam diam suka mengamatiku, tapi apadaya aku tidak ada rasa apa apa padanya. hanya menganggapnya sebagai teman baik yang menyenangkan. Maaf Tian, aku tidak bisa menjadi seperti yang kamu inginkan. Mungkin Reny bisa menjadi obat galaumu karena Reny diam diam suka padamu. Apaan coba ada cinta segitiga antar teman kaya gini. Yah, namanya juga hati, gak punya mata, gak tau bakal jatuhnya kemana.
          tau gak kalau sebenarnya sahabatku Nia juga suka berbagi cerita kepadaku tentang dilemma yang dihadapinya. Dilemma ABG tu apalagi kalo bukan tentang cinta. Dia mengalami kisah cinta yang hampir sama denganku saat aku jatuh cinta dengan Andre. Masih ingat kan gimana aku cinta banget sama Andre tapi tidak berani kutunjukkan karena sahabatku saat SMP juga menyukainya. Intinya cinta segitiga itu juga terjadi pada Nia. Dia mencintai teman sekelas kami yang bernama Fandy Prabowo, tapi sahabat dekat Nia jaman SMP yang kini juga sekelas dengan kami juga mencintainya. Mungkin bedanya kalau Nia berani jujur dengan sahabatnya bahwa mereka berdua jatuh cinta dengan orangg yang sama tapi kalau aku dan sahabatku dulu aku gak berani berkata jujur bahwa kami berdua jatuh cinta pada laki laki yang sama. Aku memilih diam dan menyimpan sendiri perasaanku. Kalau Nia dan Hapsari mereka memilih untuk bersaing secara sehat. Hhhh… kejadian seperti itu sempat membuat suasana kelas kami yang tadinya kondusif jadi agak sedikit menegang. Bagaimana tidak? Lha dikelas kami sedang ada bidari bidadari cantik yang jatuh cinta pada seorang laki laki, kan drama bangeeet. Walaupun kalau dari luar Nia dan Hapsari terlihat tetap akrab, tapi aku percaya bahwa dalam hati mereka masing masing pasti ada perasaan yang tidak menentu. Puncak puncaknya terjadi saat akhirnya Fandy lebih memilih jadian dengan Hapsari daripada dengan sahabatku Nia. Tak pelak hal itu membuat perasaan sahabatku hancur berkeping keping. Sekuat kuatnya dia menyimpan beban hatinya adakalanya juga dia merasa tidak kuat dan harus menangis. Kini aku tau bagaimana rasanya seandainya dulu aku menunjukkan perasaanku kepasa Andre dan harus bersaing dengan Lyna yang tak lain adalah sahabatku sendiri hanya untuk dapetin cinta Andre dan mengorbankan persahabatan kami. Untung saat itu aku memilih diam, menutup rapat perasaanku untuk diriku sendiri. Dengan begitu aku tidak akan menyakiti perasaan sahabatku. Hmmmmmmm… ABG lagi terserang demam asmara nih. Maklum kami kami ini kan memang sedang puber.
Sedih rasanya meliahat Nia yang biasanya ceria jadi murung, bahkan kadang kadang dia tiba tiba menangis
“Nia, aku tau bagaimana rasanya, tapi kan kamu gak boleh kaya gini terus. Move on dong say, tunjukkan bahwa Nia bukan cewek yang lemah dan rapuh yang hanya bisa nangisin cowok”
“Tapi kan aku gak bisa menyembunyikan rasa sakitku terus menerus saat aku melihat Fandy ngeboncengin Hapsari, sakiiiiit tau Ri” isaknya sambil tertelungkup di meja kelas. Aku hanya bisa mengelus punggungnya mencoba menenangkan tanpa bisa berkata apa apa lagi. Aku memang tidak mengalami sakitnya tapi aku bisa merasakan bagaimana rasanya. Dan kemudian hening untuk beberapa  saat.
“Dulu nia memilih untuk bersaing sehat dengan Hapsari, pasti Nia juga tau kan bagaimana resikonya terhadap orang yang bukan merupakan pilihan Fandy. Dulu Nia bilang aku gak bakalan kenapa kenapa, aku sudah siap resikonya”
“Iya, aku dulu memang bilang begitu, tapi itu karena aku gak tau kalau rasanya bakalan sesakit ini”
“Semua itu akan hilang seiring waktu say, tapi kamu gak boleh berlarut larut dalam perasaan sedih. Hapus yuk air matamu…” kuulurkan tissue untuk menghapus airmatanya dan kamipun kemudian berjalan meninggalkan sekolah.
          Sepanjang jalan aku mencoba untuk mengalihkan rasa sedih sahabatku dengan mengajaknya window shopping melihat lihat girlstuffs di salah satu toko pernak pernik. Aku sebagai pinky lover suka banget beli barang barang lucu yang berwarna pink sedangkan sahabatku Nia adalah penyuka warna biru. Sehingga segala pernak pernik miliknya berwarna biru. Sedang asik asiknya melihat lihat tiba tiba kami tertarik dengan sebuah Dairybook yang berwarna biru dan pink dengan pena bulunya. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli buku itu yang bentuk, model dan gambarnya sama hanya beda warna saja.
“Lucu ya ini, nanti bisa kita pakai untuk nulis nulis curhatan kita ni disini”
“Iya bener juga, ntar mau aku buat nulis puisi puisiku” jawab Nia mulai bisa tersenyum gembira.
          Hari inipun terlewati dengan perasaan duka yang berakhir gembira… setidaknya itu yang bisa aku lihat dari wajah sahabatku. Perkara kalau dia nanti sampai rumah nangis nangis lagi mah itu bagian dari proses healing, proses menghilangkan sakit hati. Karena sakit hati hanya bisa disembuhkan dengan waktu. Move on itu bukan perkara gampang yang hilang dalam semalam, dan rasa sedih selama proses itu biasanya menjangkit pada saat kita sedang sendiri…hiks hiks hiks…
          Berangsur angsur seiring waktu perasaan sakit karena kecewa itupun perlahan lahan memudar. Nia semakin hari sudah semakin kuat menghadapi kenyataan bahwa orang yang ia cintai lebih memilih bersama orang lain. Karena dalam hidup ini adalah belajar, belajar sabar, belajar ikhlas, belajar menerima kenyataan dan belajar menerima ketentuan yang digariskan Sang Maha Pemilik Hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar