CHAPTER THREE
^LOVE VS FRIENDSHIP^
Pagi ini masih gelap,
karena masih jam 3 pagi namun keluarga kami semua sudah bangun. Hari libur yang
sibuk karena dini hari ini kami sekeluarga akan menghabiskan waktu seharian di
pantai.Hari minggu ini papa mengajak kami semua berlibur ke pantai yang berada
di wilayah Wonosari Gunung Kidul. Kalau urusan mau bepergian ke pantai aja si
kembar paling semangat. Pagi pagi sekali dia dah bangun tanpa disuruh,
mengemasi barang bawaan mereka dan memasukkan kedalam mobil. Bisa diandalkan
juga tuh ternyata mereka. Mama dah nyiapin bekal untuk sarapan nanti buat jaga
jaga kalau mendadak ada yang laper dijalan. Mama memang selalu tau apa
kebutuhan anak anaknya. Agak jarang jarang sih sebenarnya kami bisa menikmati
waktu luang dengan formasi lengkap sekeluarga. Adik kembarku Yoga dan Yogi yang
juga sedang sibuk menjalani studinya di SMP dan aku yang juga barusaja memulai
hari hariku berseragam putih abu abu dengan segala rutinitasnya tak ayal
membuat hari libur bersama keluarga terasa menyenangkan. Dan pantai adalah
tempat favorit kami ketika berlibur. Entah mengapa keluarga kami terutama aku
sangat suka dengan pantai. Walau berkali kali mengunjungipun rasanya tak pernah
bosan melihat air laut dengan ombaknya yang seakan menari nari seiring
hembuasan angin. Papaku selalu tau bagaimana menyenangkan anak anaknya.
Luv you pa..Kami selalu berangkat pagi pagi sekali kalau ke pantai karena
jalanan tidak macet dan supaya bisa menikmati suasana pagi di pantai tujuan
kami. Selain jika pagi hari dipantai pengunjungnya masih sepi, alasan lain
adalah supaya tidak terlalu panas. Makanya papa selalu mengakjak kami berangkat
pagi pagi, mengingat jarak Magelang bisa ditempuh 2 jam lebih sedikit kalau gak
macet. Jadi kami sholat subuh di perjalanan atau bahkan mungkin bisa sholat
dipinggir pantai kalau tiba tepat diwaktu subuh. Tapi lebih seringnya sih
sholat diperjalanan. Berhubung berangkatnya pagi pagi pagi pagi buta maka acara
dimobil adalah melanjutkan tidur. Cuma mama dan papa aja yang ngobrol berdua. Kami para anak sibuk
dialam mimpi masing masing. Sebenernya kasian sih papa terus yang nyetir
walaupun kalo sedang bepergian keluar kota yang jauh banget kadang gantian sama
mama nyetirnya.
Sesampainya
dipantai kami langsung girang kaya anak kecil dikasih permen. Benar benar lupa
sama umur. Membuat sand castle dalah acara wajib kalau pengunjung pantai masih
sepi, sambil menikmati sinar matahari yang hangat. Adikku yang dari rumah sudah
heboh segera berlari menuju gulungan ombak. Papa dan mama duduk ditepi pantai,
menggelar makanan yang kami bawa dari rumah sambil sesekali papa mengabadikan
kelakuan kami dengan bidikan kameranya. Setelah puas bermain ombak dan pasir
kami menyewa perahu motor untuk mencari spot menarik dengan ombak yang tidak terlalu
besar untuk berenang dilaut. Tau nggak, sensasi berenang dilaut itu bikin memacu
adrenalin, karena kadang suka kepikiran juga kalau tiba tiba ada hiu nongol
nggigit kaki kami. Hihihi…
Hal
hal sederhana, murah meriah yang tak mengeluarkan budget yang nguras kantong
seperti inilah yang membuat keluarga kami selalu rukun dan harmonis. Sejak awal,
konsep bahagia dalam kesederhanaan yang papa tanamkan pada kami akan kami ingat
sampai kapanpun.
Suasana
sudah semakin panas, tandanya sudah harus mengakhiri kegiatan snorkeling dan
berenang dilaut kalau tidak ingin kulit menjadi gosong. Aku yang mengimbangi
acara berenangnya si kembar udah ngos ngosan dan lebih memilih naik ke perahu.
Sampai dipantai kami langsung mandi bilas ngilangin pasir pasir yang pada nempel
di badan. Acara selanjutnya ya apalagi kalo bukan makan siang. Habis berenang
terasa kaya mau ngabisin nasi satu bakul karena laparnya minta ampuuun. Yoga dan
Yogi langsung deh beraksi setelah ikan bakar, kepiting asam manis dan udang goreng
pesanan kami datang Mama sama papa sama papa sampai geleng geleng kepala sambil
tersenyum liat kelakuan adik adikku
“Pelan pelan Yogi makannya, gak
bakalan ada yang ngrebut” kata mama mengingatkan adikku yang mulai kalap
heheheheh….
“Laper banget ma abisnya..” jawab
Yogi dengan polosnya
Kami semua tertawa melihat tingkahnya
yang sibuk mengunyah tanpa lihat kiri kanan. Takut kalo meleng dikit udang sama
kepitingnya abis.
Acara
pulang dari pantai kami mampir toko oleh oleh. Karena kalau ke jogja aku selalu
suka dengan bakpia keju dan coklat. Malah sekarang ada varian baru bakpia isi edamame.
Industry bakpia di Jogjakarta memang gak ada matinya. Segala varian
dikembangkan demi tercipta rasa yang akan selalu dirindukan para penikmatnya.
Jogja memang istimewa.
Family
day… Coz family comes first. Keluarga adalah harta yang paling berharga yang
tak akan tergantikan oleh apapun bahkan oleh uang sekalipun. Puas ngeborong
bakpia untuk oleh oleh tetangga kiri kanan kamipun bergegas pulang karena esok
hari kami sudah mulai kembali menggeluti aktifitas seperti biasa yaitu belajar
belajar dan belajar. Namanya juga pelajar ya harus belajar dengan sungguh
sungguh karena waktu muda harus dimanfaatkan dengan sebaik baiknya supaya kita
tidak menyesal dimasa tua nanti.
Perjalanan
pulang terasa lebih cepat dari perjalanan saat kami berangkat. Ujug ujug udah
sampai rumah. Kami tiba sehabis ashar, menurunkan barang barang dari mobil lalu
memasukkan baju baju basah kami masing masing ke mesin cuci supaya nanti segera
bisa dicuci. Maklum kami kan keluarga kecil tanpa asisten rumah tangga, jadi
sebagai anak tertua, apalagi perempuan aku yang bertugas membantu mama
mengerjakan tugas rumahtangga. Kalau si kembar tugasnya menyapu dan mengepel
dan bantuin papa nyuci mobil. Walaupun laki laki mereka tidak malu mengerjakan
tugas rumahtangga karena sudah dibiasakan sejak kecil.
Habis
beberes kami sholat berjamaah bersama, tak lupa setelah sholat kami bertadarus
al-qur’an sambil menunggu saat kumandang adzan isya’ barulah kami menunaikan
sholat isya’ dan belajar. Seperti itu setiap hari, memang terkesan agak monoton
sih sebenernya tapi fleksibel juga kok. Kami bisa merubah daily routine kami yang
penting kami bisa bertanggungjawab terhadap diri kami masing masing. Hingga
takterasa kenaikan kelaspun sudah dekat. Rutinitas yang kami lakukan sehari
hari disekolah membuat kami tak terasa sudah hampir berada di penghujung tahun
ajaran
Pagi
pagi disekolah tiba tiba aku dipanggil teman sekelasku yang bernama Ramadhania
Ariana yang biasa dipanggil Nia. Namanya Ramadhania mungkin karena dia lahirnya
bertepatan dengan bulan ramadhan..
“Ri, nih ada formulir pendataan bagi
siswa siswa yang berminat ikut seleksi Pasukan Inti Pramuka ni” kata Nia sambil
menyodorkan sebuah formulir pendaftaran calon Pasukan Inti Pramuka
“ Oh…iya makasih. Kamu ikut seleksi
juga Ni?” tanyaku berharap ada teman sekelas yang berminat ikutan seleksi
“ Pengennya sih gitu, iseng iseng buat nambah pengalaman berorganisasi lah. Masa’ kita di SMA gak ikut apa apa, gak seru aja kayaknya kalo sekolah cuma belajar aja. Kamu ikutan juga ya Ri, tar kita sama sama ngerjain tugasnya kalo pas seleksi”
“ Pengennya sih gitu, iseng iseng buat nambah pengalaman berorganisasi lah. Masa’ kita di SMA gak ikut apa apa, gak seru aja kayaknya kalo sekolah cuma belajar aja. Kamu ikutan juga ya Ri, tar kita sama sama ngerjain tugasnya kalo pas seleksi”
“ Iya deh aku ikut, trus teman kita
siapa lagi ini yang bakalan daftar. Yang lain dah banyak yang jadi pengurus
OSIS sih kalo dikelas kita. Pengurus OSIS terbanyak kan darikelas kita”
“Oi temen temen, siapa ni yang mau
daftar ikut Pasukan Inti” Nia dengan lantang menanyakan pada teman teman
dikelasku yang sebagian lagi pada sibuk copy-paste PR matematikanya milik
Alicia.
“ Males ah ikutan pramuka, paling paling ntar cuma suruh
lari lari sama panas panasan doang, aku aja pengen segera naik klas dua biar
gak wajib pramuka kok malah ditawarin pramuka” jawab Eko dengan lantang.
Temenku yang satu itu memang paling anti banget sama yang namanya pramuka.
Entah apa yang membuatnya sebel sama kegiatan pramuka. Mungkin karena selama
ikut kegiatan pramuka disekolah dia yang paling sering kena hukuman senior
karena bandel..... heheheh....
“Kalo yang lain ada gak?”Tanya Nia
lagi sambil berharap ada teman kami yang bakalan ikut.
“Aku dah ikut Pecinta alam kok Ni,
jadi gak mau nambah ekskul lagi” jawab Tono
“Ya udah deh kalo emang udah gak ada
yang berminat berarti cuma aku sama Riri doang nih yang daftar Pasukan Inti”
“ Yoi… selamat deh buat kalian
berdua. Kami sih berharap kalo besok besok kalian berdua masuk jadi Pasukan
Inti dan jadi bantara sih kami cuma berharap kalian berdua bisa merubah wajah
pramuka sekolah kita menjadi lebih menyenangkan. Kalo pramukanya menyenagkan
kan adik adik kelas pada semangat tuh ikut kegiatan pramukanya” Wawan menambahkan
dengan bijak.
“Makasih ya supportnya, insyaallah We
will try our best deh buat memajukan kepramukaan kita”
“Good luck ya Nia and Riri” Henny
memberikan dukungan
“ Makasih Hen” jawabku dan nia hamper
bersamaan
Seleksi
PI diadakan selama liburan sekolah dan seleksi PI yang akan menjadi bantara
dilakukan pada awal awal masuk sekolah di awal semester. Karena aku dan Nia
sama sama sudah niat banget ikutan PI buat menambah pengalaman berorganisasi ya
kamipun merelakan waktu liburan kami tersita untuk berkegiatan disekolah.
Persiapan
test benar benar kami lakukan dengan baik hingga kamipun mendapatkan hasil yang
tidak mengecewakan walaupun aku merasanya harusnya nilaiku bisa lebih dari itu.
Liburan dimulai. Waktu yang harusnya bisa kami gunakan untuk bersenang senang
dengan kluarga kami gunakan untuk hadir disekolah dalam acara pembekalan calon
Pasukan Inti. Selama satu minggu kami benar benar dilatih pengetahuan
kepramukaan. Kami diberikan materi tentang sejarah kepanduan, sandi sandi
pramuka, leadership, baris berbaris, ketrampilan tali temali, P3K dan
ketrampilan survival hidup dialam bebas. Kegiatan teori dan praktek itu
dibekalkan kepada kami supaya kalau kelak mewakili sekolah dalam lomba lomba
kepramukaan kami mampu bersaing dengan tim dari sekolah lain. Kami banyak
dibimbing oleh kakak kakak bantara senior dan para alumni yang tidak pelit
dalam menularkan ilmunya. Pada saat test kecakapan, biasannya kami dihadapkan
pada para senior kami yang akan menguji kami tentang berbagai materi yang telah
diberikan. Aku sebagai PI 4 dapat mentor Kak Aprilia dan pengujinya Kak Surya.
“Duh… kenapa harus kak Surya sih yang
jadi pengujiku. Bakalan habis ni aku sama kak Surya” batinku dalam hati. Gak
tau kenapa sejak aku di kerjain jaman awal awal Masa Orientasi Pramuka
disekolah ini aku jadi agak sebel sama yang namanya kak Surya. Kayaknya dia
juga bisa ngerasain kalo aku sebel banget sama dia. Buktinya kali ini
sepertinya dia sengaja pengen balas mengujiku habis habisan. Tapi apapun itu
aku harus siap ddengan segala resikonya. Karena ujian ini gak main main senior
senior penguji pasti bakalan pasang tampang garang untuk menjaga imej mereka.
Keder
juga sih ngadepin senior. Tapi sekali lagi Show must go on…. Jangan sampai
hanya gara gara pengujinya kak Surya aku jadi mundur. Dah kepalang basah juga
terjun di kepramukaan, kalo mundur sekarang APA KATA DUNIA????
“ PI menghadap ke penguji masing
masing” teriak kak Yanuar mengumumkan bahwa sesi pengujian dimulai.
Kami semua membawa perlengkapan
kepramukaan yang seabreg abreg.
“Lapor PI 4 siap menghadap” kataku
saat berasa didepan kak Surya jantungku mau copot takut salah saat nanti diuji
“Laporan saya terima, PI 4 silahkan
tunjukkan dan peragakan macam macam simpul yang kamu ketahui”
“Siap laksanakan” akupun segera
meempraktekkan ketrampilan yang sudah aku pelajari dari senior pembimbingku
yaitu kak Aprilia. Berbagai macam ikatan aku peragakan dengan penuh percaya
diri. Kak surya mengamatiku dengan cermat.
“ Bagus” pujinya… membuat aku yang
tadinya deg degan tidak karuan berangsur angsur tenang. Tapi kan belum berakhir
ujiannya. Aku masih diuji dengan keterampilan keterampilan lain yaitu
semaphore, sejarah kepramukaan dan sandi sandi yang lain setelah itu aku
dihadapkan pada studi kasus dalam hal survival. Ujian semaphoreku agak kacau
karena aku agak tidak konsen, kak Surya yang dari tadi sudah bertampang baik
tiba tiba berubah agak masam, nyaliku agak menciut. Aku yang salah sih karena
posisi tanganku agak terbalik balik. Maklum semaphore adalah sandi yang agak
agak kurang aku kuasai.
“ Bagaimana mau jadi bantara kalau
semaphorenya kacau begini!”
“ Maaf kak akan saya pelajari lagi”
“Dipersiapkan dengan baik gak sih!!,
niat gak kamu menjadi pasukan inti?!!?” suara kak Surya kali ini sudah pakai
nada dasar A=do
“ Iya kak, saya bersungguh sungguh”
“Coba ulangi lagi, peragakan kalimat
ini dengan semaphore AKU CINTA PRAMUKA”
“Siap..!!!” aku langsung
mempraktekkan kalimat itu setelah diberikan waktu jeda 5menit untuk mengingat
kembali formasi hurufnya. Aku dengan hati hati dan cermat mempraktekkannya
karena takut salah. Finally it’s done.
Setelah
waktu ujian selesai akhirnya diumumkan yang lolos kedalam pasukan inti,
beberapa temanku ada yang tidak lolos tidak bisa lagi melanjutkan impian
menjadi pasukan inti. Kami akhirnya dilantik menjadi pasukan inti dengan
diberikan sematan pita dan pecah kendi. Kalian tau siapa yang menyematkan pita
dibajuku??? Lagi lagi kak Surya. Temanku pada mulai kasak kusuk bilang kalu kak
Surya suka sama aku tapi aku ngggak merasa seperti itu. Yang kurasakan justru
sebaliknya. Aku menganggap dia sebagai senior yang paling sentiment sama aku.
Tiap ada acara mengetes PI pasti aku yang kena, setiap ada acara hukum
menghukum, aku yang dihadapkan pada kakak senior galak itu. Ih boro boro suka,
ketemu sama kak Surya aja aku rasanya pengennya
ngacirrr.
Sebenernya
ada sih teman sesama PI yang suka padaku. Dia sering pulang bareng denganku.
Bahkan saking baiknya dia ngebela belain nganterin aku naik angkot sampai aku
turun dan dia baru pulang. Karena kadang kadang saat seleksi pulangnya agak
malam, habis maghrib baru sampai rumah. Makanya dia ingin memastikan aku sampai
rumah dengan selamat dengan mengantarku (padahal sama sama naik angkot) aku sih
menganggapnya cuma teman biasa karena aku gak merasa suka sama dia lebih dari
teman. Tian Hariza Maulana namanya. Dia sosok yang lucu dengan perawakan agak
gemuk, berkacamata dan berambut ikal, dia teman kelas sebelah yang baik hati.
“ Ri, tau nggak sih kamu kalau Tian
itu suka sama kamu?” Nia tiba tiba ndeketin aku saat lagi jajan di kantin
sekolah
“Emangnya dia beneran suka?” jawabku
ragu
“Ya ampun Ri, emang kamu gak bisa
ngrasain ya kalo selama ini dia selalu memperhatikanmu?”
“Enggak tuh. Masa iya aku harus
merhatiin semua orang yang merhatiin aku” jawabku polos
“Duh payah banget sih Ri, peka dong…
Peka” Nia seperti gemas dengan aku yang gak maksud dengan kode kode yang Tian
sampaikan padaku.
“ Lha kan aku emang beneran gak tau.
Kalo dia suka sama aku ya itu hak dia dong Ni, kan suka sama orang itu gratis’
“Ih Riri suka gitu deh, gak peka.
Coba besok besok kamu perhatiin apakah baiknya dia itu sama semua cewek ataukah
sama kamu doang”
“Yoi”… ntar aku perhatiin deh
Semenjak sama sama menjadi PI dan
masuk bantara aku dan Nia menjadi sangat akrab. Maklum, kebersaman kami selama mengikuti
seleksi kepramukaan membuat kami saling mengenal satu sama lain. Tian memang suka padaku, kadang kadang kuperjhatikan kalau dia diam diam suka mengamatiku, tapi apadaya aku tidak ada rasa apa apa padanya. hanya menganggapnya sebagai teman baik yang menyenangkan. Maaf Tian, aku tidak bisa menjadi seperti yang kamu inginkan. Mungkin Reny bisa menjadi obat galaumu karena Reny diam diam suka padamu. Apaan coba ada cinta segitiga antar teman kaya gini. Yah, namanya juga hati, gak punya mata, gak tau bakal jatuhnya kemana.
tau gak kalau sebenarnya sahabatku Nia juga suka berbagi cerita kepadaku tentang dilemma yang dihadapinya. Dilemma ABG
tu apalagi kalo bukan tentang cinta. Dia mengalami kisah cinta yang hampir sama
denganku saat aku jatuh cinta dengan Andre. Masih ingat kan gimana aku cinta
banget sama Andre tapi tidak berani kutunjukkan karena sahabatku saat SMP juga
menyukainya. Intinya cinta segitiga itu juga terjadi pada Nia. Dia mencintai
teman sekelas kami yang bernama Fandy Prabowo, tapi sahabat dekat Nia jaman SMP
yang kini juga sekelas dengan kami juga mencintainya. Mungkin bedanya kalau Nia
berani jujur dengan sahabatnya bahwa mereka berdua jatuh cinta dengan orangg
yang sama tapi kalau aku dan sahabatku dulu aku gak berani berkata jujur bahwa
kami berdua jatuh cinta pada laki laki yang sama. Aku memilih diam dan
menyimpan sendiri perasaanku. Kalau Nia dan Hapsari mereka memilih untuk
bersaing secara sehat. Hhhh… kejadian seperti itu sempat membuat suasana kelas
kami yang tadinya kondusif jadi agak sedikit menegang. Bagaimana tidak? Lha
dikelas kami sedang ada bidari bidadari cantik yang jatuh cinta pada seorang
laki laki, kan drama bangeeet. Walaupun kalau dari luar Nia dan Hapsari
terlihat tetap akrab, tapi aku percaya bahwa dalam hati mereka masing masing pasti
ada perasaan yang tidak menentu. Puncak puncaknya terjadi saat akhirnya Fandy
lebih memilih jadian dengan Hapsari daripada dengan sahabatku Nia. Tak pelak hal itu
membuat perasaan sahabatku hancur berkeping keping. Sekuat kuatnya dia
menyimpan beban hatinya adakalanya juga dia merasa tidak kuat dan harus
menangis. Kini aku tau bagaimana rasanya seandainya dulu aku menunjukkan
perasaanku kepasa Andre dan harus bersaing dengan Lyna yang tak lain adalah
sahabatku sendiri hanya untuk dapetin cinta Andre dan mengorbankan persahabatan
kami. Untung saat itu aku memilih diam, menutup rapat perasaanku untuk diriku
sendiri. Dengan begitu aku tidak akan menyakiti perasaan sahabatku. Hmmmmmmm…
ABG lagi terserang demam asmara nih. Maklum kami kami ini kan memang sedang
puber.
Sedih rasanya meliahat Nia yang
biasanya ceria jadi murung, bahkan kadang kadang dia tiba tiba menangis
“Nia, aku tau bagaimana rasanya, tapi
kan kamu gak boleh kaya gini terus. Move on dong say, tunjukkan bahwa Nia bukan
cewek yang lemah dan rapuh yang hanya bisa nangisin cowok”
“Tapi kan aku gak bisa menyembunyikan
rasa sakitku terus menerus saat aku melihat Fandy ngeboncengin Hapsari,
sakiiiiit tau Ri” isaknya sambil tertelungkup di meja kelas. Aku hanya bisa
mengelus punggungnya mencoba menenangkan tanpa bisa berkata apa apa lagi. Aku
memang tidak mengalami sakitnya tapi aku bisa merasakan bagaimana rasanya. Dan
kemudian hening untuk beberapa saat.
“Dulu nia memilih untuk bersaing
sehat dengan Hapsari, pasti Nia juga tau kan bagaimana resikonya terhadap orang
yang bukan merupakan pilihan Fandy. Dulu Nia bilang aku gak bakalan kenapa
kenapa, aku sudah siap resikonya”
“Iya, aku dulu memang bilang begitu,
tapi itu karena aku gak tau kalau rasanya bakalan sesakit ini”
“Semua itu akan hilang seiring waktu
say, tapi kamu gak boleh berlarut larut dalam perasaan sedih. Hapus yuk air
matamu…” kuulurkan tissue untuk menghapus airmatanya dan kamipun kemudian berjalan
meninggalkan sekolah.
Sepanjang
jalan aku mencoba untuk mengalihkan rasa sedih sahabatku dengan mengajaknya
window shopping melihat lihat girlstuffs di salah satu toko pernak pernik. Aku
sebagai pinky lover suka banget beli barang barang lucu yang berwarna pink
sedangkan sahabatku Nia adalah penyuka warna biru. Sehingga segala pernak
pernik miliknya berwarna biru. Sedang asik asiknya melihat lihat tiba tiba kami
tertarik dengan sebuah Dairybook yang berwarna biru dan pink dengan pena
bulunya. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli buku itu yang bentuk, model dan
gambarnya sama hanya beda warna saja.
“Lucu ya ini, nanti bisa kita pakai
untuk nulis nulis curhatan kita ni disini”
“Iya bener juga, ntar mau aku buat
nulis puisi puisiku” jawab Nia mulai bisa tersenyum gembira.
Hari
inipun terlewati dengan perasaan duka yang berakhir gembira… setidaknya itu
yang bisa aku lihat dari wajah sahabatku. Perkara kalau dia nanti sampai rumah
nangis nangis lagi mah itu bagian dari proses healing, proses menghilangkan
sakit hati. Karena sakit hati hanya bisa disembuhkan dengan waktu. Move on itu
bukan perkara gampang yang hilang dalam semalam, dan rasa sedih selama proses
itu biasanya menjangkit pada saat kita sedang sendiri…hiks hiks hiks…
Berangsur
angsur seiring waktu perasaan sakit karena kecewa itupun perlahan lahan
memudar. Nia semakin hari sudah semakin kuat menghadapi kenyataan bahwa orang
yang ia cintai lebih memilih bersama orang lain. Karena dalam hidup ini adalah
belajar, belajar sabar, belajar ikhlas, belajar menerima kenyataan dan belajar
menerima ketentuan yang digariskan Sang Maha Pemilik Hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar